BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Bupati Kabupaten Siak, Syamsuar mengaku cukup dipusingkan dengan kondisi petani padi di kabupaten itu, yang menjual hasil panen gabah basahnya ke tengkulak Asan Medan. Menurut dia, kondisi seperti ini sudah berlangsung sejak lama.
Dalam situasi seperti ini, kata dia, Pemerintah Kabupaten Siak tidak bisa berbuat banyak, sebab menyangkut masalah pendapatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya.
“Kami selaku pemerintah sudah melakukan upaya untuk peningkatan produksi beras dalam rangka menuju arah swasembada beras. Tapi kondisinya harga beras malah makin mahal,” katanya, disela-sela kehadirannya dalam High Level Meeting di Bank Indonesia Kantor Perwakilan Riau, Senin (01/08/2016).
Dia menambahkan, selama ini Pemerintah Provinsi Riau dan Bank Indonesia terus mendendangkan beberapa harga komoditi sembako dipasaran sulit untuk dikendalikan. Namun demikian, ada hal lain yang menurut dia bisa menjadi fokus untuk memperbaiki harga salah satu komoditi itu. Terutama dengan mengupayakan agar hasil panen gabah basah di Siak tidak keluar dari Riau.
Di Siak sendiri ada tiga kecamatan yang kini menjadi sentra penghasil padi dengan produksi yang cukup besar. Diantaranya Kecamatan Bunga Raya, Kecamatan Mandau, Sebau dan Sungai Apit.
“Beras kami lagi gencar meningkatkan produksi. Tapi yang terjadi di Siak ini apabila masuk musim panen mulailah masuk tengkulak dari daerah lain,” tambahnya.
Hingga saat ini, belum ada pedagang atau pengusaha dari Kabupaten Siak dan Pekanbaru yang sanggup melirik potensi untuk menampung gabah basah dari Siak ini. Mengingat jika hasil panen itu bisa diserap lokal, kemungkinan besar untuk mengatasi masalah beras di Riau tidak sesulit ini.
Syamsuar juga menyebut, animo masyarakat untuk beralih dari sawit ke ladang beras di kabupaten itu cukup tinggi. Hingga saat ini masih ada masyarakat yang berupaya untuk membuka ladang sawah baru sebagai langkah untuk menjaga perekonomian keluarga.
Pemerintah Kabupaten Siak mengaku sudah pernah megakukan usulan ke pemerintah pusat untuk melakukan penambahan luas ladang sawah di Siak sebesar 1,5 hektar. Dia meminta pemerintah provinsi Riau dan TPID juga memikirkan masalah tersebut dalam rangka melakukan pengendalian harga terhadap beras.
“Gabah itu mereka beli, kemudian diolah dan mereka jual lagi ke Riau. Kenapa tidak Pengusaha di Riau saja yang lakukan itu. Kami juga sudah tawarkan ke Bulog, tapi mereka tidak bisa. Saya harap TPID dan pemerintah Provinsi Riau punya solusi untuk mengatasi masalah ini,” tambahnya.
Syamsuar juga berani menjamin bahwa kebutuhan beras di Riau Mampu mencukupi jika hasil panen dari masyarakat bisa betul-betul terkelola secara baik, jika tidak ada permainan para tengkulak. Namun demikian hingga saat ini belum ada langkah pasti yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Riau untuk mengatasi masalah tersebut.
“Kalau kami tidak bisa berbuat banyak. Petani buruh makan. Mereka tentu mau jual dengan harga yang lebih tinggi. Tengkulak-tengkulak itulah yang bisa beri harga tinggi,” tambahnya.
Penulis: Melba