BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Bisnis musiman jual Bendera Merah Putih di pinggir jalan protokol Pekanbaru tidak semanis dulu. Efek ekonomi masyarakat yang lemah disinyalir menjadi salah satu penyebab.Â
Bertuahpos.com menemui Fakhruddin (87), warga yang bermukim di Jalan Pangeran Hidayat, Pekanbaru. Soal lesunya bisnis jual bendera ini juga diakui oleh pria yang biasa disapa Tengku ini.Â
“Orang Pekanbaru sekarang punya masalah ekonomi, makanya jual bendera tidak seenak dulu,” ujarnya, Selasa, 14 Agustus 2018 di Pekanbaru.Â
Tengku biasa selesai membuka dagangannya jam 10.00 WIB, sampai jam 17.00 WIB. Biasanya sehari masuk Rp50 ribu, itupun sudah lumayan. Bahkan dalam sehari ada yang tidak terjual sama sekali. Tahun ini, di dagangan Tengku penurunan omzet sampai 50 persen.
Hampir merata, setiap penjual bendera membuka lapak kaki limanya pada awal Agustus hingga sehari sebelum perayaan hari kemerdekaan. Setelah itu mereka akan menggulung lapaknya dan akan buka lagi tahun depan.Â
“Pola seperti biasa, menjelang hari H, jumlah pembeli biasanya semakin banyak. Waktu awal-awal buka dulu malah enggak ada yang beli,” sambung Tengku. “Kecenderungan orang biasa pakai bendera lama. Makanya pembeli sudah berkurang,” katanya.
Baca:Â Mereka yang Warnai Kota Pekanbaru dengan Merah Putih
Di lapak kaki lima milik Tengku, harga jual Bendera Merah Putih bervariasi. Mulai dari harga Rp5 ribu hingga Rp350 ribu. Tergantung model dan bahan kain. Bahan dia ambil dari penyuplai di Pekanbaru.Â
“Kalau dulu 4-5 tahun lalu, lumayan. Kadang kita bisa beberapa kali pesan ke penyuplai. Dan untungnya bisa Rp5 ribu – Rp10 ribu. Sekarang paling cuma Rp2 ribu untungnya. Sedangkan murah saja susah laku, apalagi mahal,” sambungnya.Â
Marina (34), seorang penjual bendera di Jalan Sudirman lebih miris lagi. Bahkan dalam seminggu bisa 3-4 hari tak ada benderanya yang terjual. “Kalaupun ada laku, paling sehari cuma Rp30 ribu. Setiap hari seperti itu. Untung saja bahan kita buat sendiri,” katanya saat berbincang dengan bertuahpos.com, Selasa, 14 Agustus 2018.Â
Wanita yang tinggal di perumahan sekitaran Labersa ini menjelaskan memang sebagian besar pelanggannya adalah orang-orang kantoran. Jarang sekali ada warga yang membeli. Di tempatnya harga bendera mulai dari Rp3 ribu sampai paling mahal, di harga Rp3 ribu untuk bendera hias. “Makanya, paling saya cuma memeriahkan saja. Biar kota lebih semarak jelang 17-an,” sambungnya sambil tertawa. (bpc3)