BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Tingginya angka kredit macet secara umum yang terjadi pada perbankan di Riau mengindikasikan ada yang salah dalam penyaluran kredit tersebut.
Bank Indonesia (BI) mengakui bahwa pihaknya harus melakukan monitoring sejak dini agar angka itu bisa ditekan tahun 2016 ini.
Kepala BI Kantor Perwakilan Riau, Ismet Inono Mengatakan, jika dilihat dari individu bank per bank sangat memungkin sekali bahwa pertumbuhan kredit justru lebih meningkat. Bagi perbankan yang memang kreditnya baik, maka laporan secara individu tetap bisa dipertanggungjawabkan.
Namun yang jadi persoalan yakni, ada juga perbankan yang mengalami masalah dengan angka kredit macetnya. Dengan kata lain jika angka NPL jauh lebih tinggi, maka rangkuman catatan soal itu juga lebih besar.
“Kalau saya tentu bicara tentang makronya perbankan di Provinsi Riau. Tapi kalau satu per satu bisa saja ada yang lebih baik. Tapi secara umum angkanya terus naik. Inilah yang harusnya menjadi perhatian kita sejak dini,” katanya, Jumat (29/04/2016).
Ismet menyebutkan tingginya angka NPL pada perbankan di Riau tahun lalu menunjukan bahwa BI harus melakukan monitoring secara intensif dan harus dibedah secara sektoral.
Terutama melihat secara teliti pada data penyaluran kredit tersebut, kemana saja ditujukan. Terutama melakukan monitoring terhadap progres penyaluran kredit itu.
Selama ini sektor terbesar yang dibiayai oleh perbankan, selain perdagangan dan industri, saluran kredit dikucurkan ke sektor perkebunan khususnya kelapa sawit.
“Disitulah kejadian kredit macet yang lalu masih terjadi sampai sekarang. Itu yang terus kita monitor dan dicarikan solusi apa jalan keluar terbaiknya,” sambungnya.
Salah satu langkah yang mungkin bisa dilakukan, yakni melakukan reschedule dan dilakukan restrukturisasi kembali. Ismet memaklumi bahwa pada tahun lalu ada bencana kabut asap yang membuat masalah tingginya angka kredit macet bisa saja terjadi.
Penulis: Melba