BERTUAHPOS.COMÂ (BPC), PEKANBARUÂ – Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Pekanbaru, Helda S Munir enggan komentari maraknya pemakaian vape atau lebih dikenal rokok elektrik. Sebab pihaknya juga belum mendapat laporan ada yang keracunan memakai vape.
Hal tersebut disampaikan Helda di ruang kerjanya, Jumat (30/09/2016). “Laporan keracunan vape belum ada,†katanya.
Tentang adanya laporan pemakai vape keracunan, Helda meminta agar para konsumen rokok elektrik memilih cara alternatif untuk berhenti merokok. “Intinya merokok tidak baik untuk kesehatan. Kita menghimbau hidup sehat ke masyarakat supaya tidak merokok,†katanya.
Seperti yang diketahui vape atau rokok elektrik yang semula untuk kalangan yang mau berhenti merokok. Kini telah bergeser menjadi lifestyle atau gaya hidup kaula muda.
Vape dengan uap yang menyembul ketika diisap ini memang memberikan sensasi seperti merokok pakai tembakau. Dengan klaim vape tidak berbahaya kini banyak yang beralih membelinya, walau harus merogoh kocek lebih dalam.
Hanya saja kadar nikotin yang terkandung dalam liquit bisa dibubuhkan sendiri. Banyak pedagang ‘nakal’Â yang mencampurkan nikotin dengan kadar takaran yang tidak sesuai aturan.
Nikotin adalah zat berbahaya dalam rokok. Zat ini pula yang menyebabkan seseorang jadi pecandu. Zat nikotin juga dapat mematikan apabila kadar untuk konsumsi terlalu tinggi.
World Health Organization (WHO) telah himbau produsen rokok elektrik tersebut tidak klaim produknya sebagai alat bantu berhenti merokok sampai ada bukti ilmiah kuat yang mendukung hal tersebut. Sebab uap rokok elektrik disebut mengandung zat kimia berbahaya yang dapat menimbulkan polusi udara.
Bahkan data studi dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS, terjadi peningkatan pasien keracunan setelah memakai rokok elektronik. Tercatat ada 215 pengaduan telepon terkait rokok elektronik, pada Februari 2014. Padahal, pada September 2010 hanya satu pengaduan. Parahnya lagi lebih dari setengah aduan tersebut melibatkan anak-anak berumur kurang dari 5 tahun, sedangkan orang berusia 20 tahun hanya 42 persen.
Penulis: Riki