BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Hasmaida Aini, adalah wanita asal Bangkinang, Kampar, kelahiran tahun 1973. Dia terlahir dari keluarga yang sederhana dan biasa saja. Namun nasib berkata lain. Dia sendiri bahkan tidak menyangka dengan apa yang diperolehnya saat ini.Â
Lulus tahun 1986 dari SD 001 Langgini, Bangkinang, Hasmaida memantapkan tekad kemudian berangkat ke Kota Hujan, Bogor. “Begitu berminat dengan Pondok Pesantren cabang Gontor Darul Taqwa,” ujarnya kepada bertuahpos.com, Jumat, 4 Januari 2019.Â
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa setelah 7 tahun menimba ilmu dia berhasil menamatkan pendidikannya dari Ponpes modern itu pada tahun 1993.
7 tahun di perantauan, dia berniat pulang ke kampung halamannya dan menimba ilmu di Pekanbaru, persisnya di Institut Agama Islam Negeri [IAIN] Sultan Syarif Qasim, Pekanbaru [Sekarang UIN Suska Riau], jurusan Bahasa Arab.Â
Bakat menjadi pendidik memang sudah tampak saat dia berada di semester 6, sekitar tahun 1996. Dia dianggap mumpuni untuk membimbing teman-teman kuliahnya, oleh sebab itu Hasmaida diangkat menjadi asisten dosen. Pekerjaan ini dia lakoni hingga studinya selesai di IAIN tahun 1997.
Setelah lulus, dia kemudian menikah dengan lelaki pujaan hatinya, dan menjalani kehidupan layaknya perempuan normal. Namun keberuntungan kembali menyertainya pada pada tahun 2001.Â
Dia diminta menjadi dosen di IAIN. Namun sayang itu tidak berlangsung lama. Sang suami pindah dinas ke Bengkulu. Apa daya, Hasmaida terpaksa ikut dan menjalani hidup sebagai perantauan untuk kedua kalinya. Tapi, di Bengkulu dia juga dapat kesempatan mengajak di STAI Bengkulu hingga 2003.
Pada tahun yang sama, sang suami kembali berpindah tugas ke Pekanbaru. Pada saat itulah dia mengajukan diri sebagai tenaga pengajar di SMP Islam YLPI Pekanbaru. Ketika itu dia merangkap 2 mata pelajaran, yakni guru Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.Â
“Waktu itu saya masih honor. Gaji, kisaran Rp200 ribu/bulan. Tapi kalau lagi banyak jamnya bisa sampai Rp450 ribu/bulan, lumayan,” ungkapnya. “Bagi saya, saya harus ikhlas beramal dan ikhlas mengajarkan ilmu kepada murid. Itu yang paling penting dari sekedar materi yang saya terima setiap bulannya,” ujarnya.Â
Faktor penyebab mengapa Hasmaida tidak pernah ambil pusing soal berapa bulanan yang dia terima, karena memang menjadi seorang guru merupakan cita-citanya sedari kecil. Dia begitu yakin kalau ilmu yang terus dia ajarkan akan menghasilkan pahala yang tidak pernah putus sampai kapanpun, selagi diamalkan oleh siswanya. Semua ini amal jariyah bagi Hasmaida.Â
Diantara prinsip hidup yang dia pegang yakni kedisiplinan. Ini pula yang menghantarkan dirinya menjadi seperti saat ini. Saat mengajar dan mendidik, disiplin nomor satu. Oleh sebab itu sikap disiplin dia tularkan kepada anak didiknya, termasuk anak-anaknya di rumah.Â
Selain itu, terpaan lingkungan di sekitar, sejak dia di Ponpes, membuat Hasmaida menjadi sosok wanita pekerja keras dan dia sudah sangat terbiasa dengan kondisi ini.
“Saya sudah terbiasa di Pondok Pesantren jadi jam 3.30 sudah bangun dan saya juga membiasakan anak-anak saya bangun pagi. Jadi jam 5.30 anak-anak sudah siap-siap untuk berangkat ke sekolah dan saya juga mempersiapkan sarapan untuk anak-anak karena itu wajib karena mereka istrahatkan sampai jam 10 takutnya nanti mereka kelaparan,” kata Hasmaida.
Di tahun 2013 Hasmaida kembali melanjutkan Studi Pasca Sarjana S2 di UIN Suska Riau dan diwisuda pada tahun 2015. Tak lama menjelang selesai wisuda di tahun 2017 Hasmaida diangkat menjadi Kepala Sekolah di SMP Islam YLPI Pekanbaru. “Semua berkat kesabaran serta kerja keras dan terutama dukungan keluarga juga yang selalu mendukung saya,” tuturnya.
Hasmaida adalah seorang ibu dan juga guru yang disiplin dalam segala hal baik waktu, ilmu dan lain sebagainya. “Karena kedisiplinan yang akan membuat kita akan menjadi berhasil kelaknya,” katanya.
Kata disiplin itu yang selalu diingat Hasmaida dari sosok seorang Ayah yang baru saja meninggal dunia 40 hari yang lalu. “Keberhasilan kami ini mungkin karena didikan beliau, Ayah adalah sosok yang sangat cerdas dan sangat berdisiplin baik itu disiplin waktu ataupun disiplin masalah keuangan, Ayah adalah sosok yang menjadi panutan bagi kami itu yang menjadikan kami bisa tangguh seperti beliau, setiap habis sholat kami dianjurkan untuk selalu mengaji,” ungkap Hasmaida sambil menangis.
Hasmaida memberikan pesan kepada generasi yang akan datang untuk selalu semangat dalam menyiarkan pendidikan islam, “Sehingga kita tidak hanya bisa di bidang umum, tetapi juga maju di bidang agama, harus seimbang antara dunia dan akhirat, karena di dunia ini jangan pernah menyerah karena apapun yang kita kerjakan selagi halal maka akan berbuah manis,” pesannya. (cr1)