Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali dengan menjadikan sumpah perjanjianmu sebagai alat penipu diantaramu.
(QS: An-Nahl: 92)
BERTUAHPOS.COM – Pada suatu siang, matahari bersinar bagaikan membakar Mekkah. Rumah-rumah padat di sekitar Kabah menambah panasnya cuaca di siang itu. Di bawah atap rumah itu ada kehidupan dan tiap kehidupan mempunyai kisah sendiri yang akan terus melaju besama zaman yang penuh dengan kenikmatan duniawi.Â
Di antara dinding rumah dari sekian banyak rumah milik Bani Makhzum, terdapat seorang gadis kecil. Hari-hari terus berlalu. Si gadis kecilpun menjelma menjadi dewasa. Seperti gadis-gadis tetangganya, diapun menginginkan menjadi seorang wanita yang berbahagia.Â
Raithah, mempunyai cita cita seperti semua wanita yaitu ingin punya pendamping yang dapat membahagiakan Iahir batinnya. Keinginan itu makin menjadi ketika tiap kali dia melihat satu persatu teman sebayanya digandeng sang suami.Â
Setiap saat dia menanti genderang merdu yang akan mengiringi langkah kakinya menuju bahtera rumah tangga nan bahagia. Inginnya dia hidup seperti gadis-gadis lain. Namun setiap saat sang ayah selalu membangkitkan harapan dan impiannya itu. Ayahnya selalu berkata.Â
â€Ayah akan pergi ke berhala Hubal. Dangan ke dua tanganku ini aku akan menaburkan kepadanya harta yang banyak. Akan aku basahi kakinya dangan darah sembelihan domba yang gemuk, sehingga dia ridha kapadamu hai puteriku sayang. Kelak Hubal akan mengirim kepadamu pemuda termulia dalam kaumnya untuk datang meminangmu.â€
Ucapan sang Ayah itu menimbulkan harapan baru bagi Raithah. Hari demi hari berlalu namun tiada tanda menggembirakan. Gadis itu sering melamun dan bertanya-tanya pada dirinya. “Mengapa tidak ada lelaki yang datang meminangku? Padahal ayahku mempunyai kedudukan tinggi dan mulia di tengah kaumnya Bani Makhzum. Dan aku, lihatlah? Apakah aku berwajah buruk?…â€
Pertanyaan seperti itu selalu bergalau di batinnya. Dia semakin tertekan dengan keadaannya sendiri. Air mata seakan tak pernah berhenti membasahi kedua pipinya, sehingga membuat wajahnya semakin berkerut. Bayang-bayang kesedihan semakin menghiasi raut muka Raithah. (bpc3)
Sambungan cerita akan tayang setiap waktu duha, sepanjang bulan Ramadan.Â
Dikutip dari buku: Al-Qur’an Bicara WanitaÂ
Penulis Buku: Jabir Asysyaal.
Penerbit: Gema Insani Press
Tahun: 1988