Memang baik untuk merayakan kesuksesan. Tapi lebih penting adalah untuk mengambil pelajaran dari kegagalan.Â
– Bill Gates –
BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – “Sebaiknya kamu bekerja saja. Ayah tak mampu membiayai kuliahmu.â€
Kalimat ini paling sering didengar dari mulut orang tua dulu, sebagai suatu alasan untuk tidak melanjutkan pendidikan bagi anak-anaknya.
Namun dewasa ini sudah banyak orang tua yang sadar bahwa pendidikan anak jauh lebih penting dari timbunan emas atau segudang harga.
Pendidikan itu gerbang untuk memperbaiki kehidupan seseorang. Memang ada banyak orang sukses tenpa ditempa terlebih dahulu oleh lembaga pendidikan formal.
Tapi itu hanya sedikit. Butuh kerja keras dan biasanya factor keberuntunganlah yang membuat seseorang  bisa berhasil dalam kondisi demikian.
Paling penting untuk sadari adalah, miskin bukan alasan untuk tidak kuliah. Justru itu menjadi tantangan bagi orang tua untuk mendidik anak supaya mandiri.
Sementara bagi anak, kondisi ekonomi orang tua yang sulit sebaiknya membuat mereka sadar diri, bahwa kerja keras itu berbanding lurus dengan hasil diperoleh.
Mungkin seperti inilah yang dialami oleh Prayogi Haro Raja Guk Guk. Dia hidup bukan dalam lingkungan keluarga mampu. Bahkan serba kekurangan. Dalam satu perbincangan dengan pria yang biasa di panggil Yogi ini, dia mengutarakan sekelumit pengalamannya untuk bisa kuliah.
“Kalau aku kuliah kesempatan untuk mengukir prestasi itu lebih besar,†katanya.
Saat masih duduk di bangku SMA di Rokan Hulu. Dia mengandalkan keuangan orang tuanya untuk bisa kuliah. Yogi sadar dengan kondisi ekonomi keluarga, namun itu bukan halangan baginya untuk bisa mengenyam pergirian tinggi.
“Aku cari tahu informasi-informasi tentang beasiswa yang bisa mengantarnya kuliah tanpa perlu mengeluarkan uang sendiri,†ujarnya.
“Awalnya aku enggak tahu, dan sekolahku pun gak tau tentang beasiswa bidik misi. Lalu karena pingin kuliah aku tanya ke teman-teman di sekolah lain. Dan dari situ lah aku dapat informasi tentang beasiswa ini.â€
Dalam benaknya, ada peluang baginya untuk kuliah, dengan memanfaatkan beasiswa tersebut. Yogi mencari tahu syarat apa yang diperlukan dan mengikuti semua prosedur untuk mendapatkan beasiswa tersebut
“Maka aku coba ikuti prosedurnya dengan baik. Aku urus persyaratannya, yang berhubungan dengan pihak pemerintah desa aku urus semua. Aku juga lampirkan sertifikat-sertifikat juaraku waktu di SMA,” ujarnya.
Hari yang paling mendebarkan pada saat pengumuman kelulusan para siswa yang lulus beasiswa bidik misi. Namun rasa takut dan cemas berubah menjadi suasana haru dan membanggakan. Sebab namnya tercatat sebagai salah satu mahasiswa yang berhak untuk mendapatkan beasiswa itu.
“Dan ternyata aku lulus. Aku dapat beasiswa itu dan lulus di SNMPTN, Kemudian ikut seleksi selanjutnya di kampus dan akhirnya lulus di Program Studi Ilmu Komunikasi,” Imbuhnya.
Peluang ini betul-betul sebuah anugerah besar bagi Yogi. Dia sudah berjanji kepada orang-orang di sekitarnya, bahwa dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.
“Bagi aku, banyak hal yang didapatkannya selama duduk di bangku perkuliahan. Bukan hanya mendapatkan pendidikan akademik saja, tetapi juga pendidikan non akademik serta pendewasaan diri,†ujar anak pertama dari 4 bersaudara ini.
“Bidik misi sangat mebantu buat aku. Terutama secara finansial, sesuai dari tujuan penyalurannya sendiri yaitu beri bantuan kepada mahasiswa yang tidak mampu secara finansial tapi mampu secara akademik dan non akademik. Apalagi sejak 2016 dana bidik misi ditambah,” kata Yogi.
Saat ini dana beasiswa bidik misi yang diterima setiap mahasiswa adalah Rp12,6 juta per tahunnya. Jumlah ini naik sejak 2016, yang sebelumnya berjumlah Rp12 juta per tahunnya.
Selama kuliah menggunakan dana beasiswa bidik misi tersebut,dia terus mengembangkan kemampuannya, terutama menulis dan berbicara.
Pria berkacamata ini mennyebut, sempat beberapa kali mengikuti ajang perlombaan karya tulis dan debat di hingga ke kancah Internasional.
“Selama aku menjalani kuliah dan hobiku, aku bisa lulus ajang karya tulis tingkat Provinsi maupun Nasional, bahkan sampai ke Internasional. Selain karya tulis, aku juga bisa ikut ajang perlombaan debat, dan lagi-lagi sampai ke kancah Internasional,” kata Yogi mengisahkan penglamannya.
Selain itu, pemuda yang belum genap berusia 23 tahun tersebut juga merupakan salah satu mahasiswa berprestasi di kampus negeri tempat ia mengembangkan bakatnya, Universitas Riau (UR). Yaitu Mahasiswa Berprestasi II Fisip UR 2017, serta Top-10 Mahasiswa Berprestasi se-UR.
“Dengan mengolah dana beasiswaku, aku juga bisa melakukan Pratik Kerja Lapangan di Stasiun Televisi ternama di Indonesia. Dengan itu, semakin banyak ilmu dan pengalaman yang aku dapat selama kuliah,” ujar Yogi.
Untuk semua mahasiswa, bahwa jalan selalu ada bagi mereka yang mau berusaha.
“Berikan seseorang sebungkus nasi, maka Anda akan memberinya makanan sehari. Ajarkan seseorang memelihara padi, maka Anda memberikanya makanan seumur hidup,†kata Confusius, sorang filsuf sosial Tiongkok. (bpc11)