BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – PT Riau Airlines (RAL) kembali menjadi sorotan, karena kompleksnya persoalan BUMD ini. Â Bahkan kini perusahaan plat merah ini sedang diaudit BPKP.Â
Direktur Komersil PT. RAL, Revan Menzano, dalam kesempatan wawancara dengan Bertuahpos.com menjelaskan kondisi RAL di masa-masa sulit, antara tahun 2011 hingga 2012, yang berujung pada gugatan untuk mempailitkan RAL.
Berikut hasil petikan wawancara Bertuahpos.com dengan Revan Menzano:Â
BPC: Apa yang sesungguhnya terjadi dengan RAL periode 2011-2012, sehingga gugatan untuk mempailitkan perusahaan terjadi?Â
Revan: Memang di tahun  tersebut kondisi PT. RAL dalam keadaan sulit. Pada RUPS 2011 kami sudah sampaikan semua kondisi RAL kepada pemegang saham. Kami sudah merincikan semua risiko. Kalau pemegang saham mau perusahaan ini dipailitkan, begini risikonya. Tapi kalau mau diteruskan juga ada risiko lain yang harus ditanggung. Ketika itu pemegang saham setuju RAL lanjut.Â
Lalu proses pailit itu dimulai dari 2012, semua proses berjenjang itu dilalui bahkan sampai kasasi. Kemudian pihak persidangan memenangkan RAL untuk PK. Tapi sampai hari ini kami belum memerima putusan itu. Ketika itu kami hanya mendengar statement dari salah satu pejabat di Pemprov Riau bahwa RAL menang putusan PK.Â
Terhadap masalah ini, itu artinya secara legal aspek kami punya. Toh, kemudian muncul pernyataan RAL akan dipailitkan, tidak begitu lagi pembicaraannya sekarang. Karena jauh sebelum ini RAL sudah mengalami itu.Â
BPC: Bagaimana tentang audit oleh BPKP yang kini tengah berlangsung?Â
Revan: Pastinya, pihak Inspektorat sudah memanggil pihak manajemen RAL. Data juga sudah kami serahkan ke Biro Ekonomi dan Sumber Daya Alam Setdaprov Riau dan Inspektorat. Silahkan pihak Inspektorat sendiri memotret masalah ini seperti apa, dan apa yang dibutuhkan selanjutnya.Â
Walaupun pihak Inspektorat menyatakan ini bisa ditindaklanjuti ke tahap investigasi dan sejenisnya, ya monggo. Cuma pada saat itu kami juga sudah menyampaikan, bahwa kami punya niat untuk menghidupkan kembali PT. RAL. Termasuk cara dan upaya supaya RAL bisa bangkit sudah kami sampaikan semua ke mereka.Â
Sekarang ini kami tinggal bertiga. Ada Pak Wan Syamsir sebagai Komisaris Utama, ada Pak Teguh sebagai Direktur Utama dan saya sebagai Direktur Komersil. Masalah yang banyak diisukan saat ini berkaitan dengan bidnag tugas lainnya, walau secara perseroan direksi sifatnya kolektif kolegial.
Tapi masalahnya tak bisa kami bertiga saja yang punya niat untuk membangkitkan RAL. Kami tidak punya kekuasaan, tentu bagaimana cara bisa membangkitkan perusahaan ini jika tidak ada support dari pemerintah. Tapi kalau mau sama-sama kami yakin bisa. Walau saya tidak menjamin 100 persen. Yang penting itu political will dan supporting.Â
BPC: Bagaimana dengan potensi bisnis di sektor maskapai, sementara RAL sudah lama “mati suri”.Â
Revan: Sampai hari ini saya masih percaya kalau pasar maskapai ini masih sangat besar dan berpotensi untuk digarap secara serius. Masalah izin rute dan segala macamnya itu masih bisa diurus. RAL ini maskapai daerah dan selalu ada peluang untuk rute perintis setidaknya.Â
Kalau ada yang bilang lebih baik buat maskapai baru ketimbang menghidupkan RAL kembali, ya itu sah-sah saja. Tapi di sini (RAL) ada marwah dan idealisme dan ada perjuangan sebelumnya di RAL ini.Â
Kami sangat yakin seperti Nias dan daerah lain terbantu dengan hadirnya RAL. Dulu kami tahu betul bagaimana rentang waktu perjalanan ke daerah-daerah itu. Karena RAL itu bisa membantu untuk mempersingkat waktu. Belum lagi kalau kita berbicara tentang multiplier efek ke sektor lain.Â
BPC: Bagaimana dengan banyak dokumen RAL yang tidak ditemukan?Â
Revan: Semua dokumen itu, sewaktu kami di sana (kantor RAL) masih ada dan pengurus tidak punya kemampuan keuangan untuk menjaganya. Setiap kali RUPS kami selalu menyerahkan data tentang kondisi RAL. Kalau dokumen yang kami serahkan ke Biro Ekonomi itu sifatnya laporan periodik dan lain-lain, pada saat diminta. Bahkan setiap kali RUPS kami selalu megupdate kondisi terkini tentang RAL. Terutama kondisi terakhir berapa setoran modal yang disuntikkan.Â
Misal dari RUPS satu ke RUPS selanjutnya ada tambahan modal enggak. Itu juga kami laporkan. Dan setiap kali RUPS nama pemegang saham dan jumlah nominal berapa saham yang mereka tanamkan tertera dalam dokumen-dokumen itu. Bahkan di halaman-halaman awal ditampilkan. Jadi saya agak bingung juga kalau ternyata muncul pernyataan ada dokumen pemegang saham yang tidak jelas itu.Â
BPC: Apa jawaban Anda tentang pajak  RAL yang terus jalan?
Revan: Kalau pajak saya tak bisa memberikan komentar banyak. Karena saya di bidang komersil. Dan bagaimana cerita awal bisa jadi seperti itu saya tidak tahu persis. Tapi secara garis besar kami memang punya kewajiban soal itu. Itu baru bisa diselesaikan kalau ada investor baru.Â
BPC: Mengapa ketika itu, gaji karyawan tidak dibayar semua? Apakah masalah ini sebelumnya juga diketahui oleh pemegang saham?Â
Revan: Dari jumlah karyawan RAL sekitar 330 orang itu saja jamin hanya sekitar 10 persen yang belum dibayarkan gajinya. Selebihnya sudah. Jumlahnya memang tidak banyak, tapi kan yang selalu dilihat publik yang gaji yang tidak dibayarkan ini.Â
Ketika itu kami membayar sesuai dengan jumlah duit yang kami punya. Kami akui memang tidak sesuai dengan keinginan karyawan. Makanya ada perjanjian bersama, tapi sudah sesuai dengan ketersediaan uang kita waktu itu. Tapi yang dibayarkan itu cukup besar, dihitung dari masa pengabdian dan kelayakan gaji yang mereka terima.Â
Jadi waktu itu kami bayarkan gaji mereka yang menunggak beberapa bulan dan ada tambahan lainnya sebagai pesangon.Â
BPC: Bagaimana masalah dengan pihak Bank Muamalat?Â
Revan: Secara perseroan masalah RAL dengan perbankan itu sudah selesai. Karena sudah novasi (pembaruan utang) oleh PT. PIR. Dan itu di akta notaris RUPS terakhir tahun 2012, ada 3 pesawat milik RAL itu lising (sewa beli). Artinya kalau tak mampu bayar ditariklah aset itu.Â
BPC: Apa yang diinginkan pihak manajemen RAL?
Revan: Political will dan support kami. Beri kami akses kantor lagi. Kalau tidak bisa dianggarkan melalui APBD, carikanlah “bapak angkat” untuk perusahaan ini. (bpc3)Â