BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Tak lama kemudian, nabi dan sahabat telah sampai ke rumah Tsa’labah. Tsa’labah dengan ramah mempersilahkan tamunya menikmati hidangan sebagai sedekah dan rasa syukur karena terkabulnya doa nabi untuknya hingga ia diberi banyak rezeki oleh Allah.
Sebelum menikmati hidangan yang disajikan Tsa’labah, nabi pun berdoa, yang segera diamini para sahabatnya. Begitu doa itu selesai, tiba-tiba muncul keajaiban. Kejadian aneh itu membuat para sahabat dan Tsa’labah tertegun. Hidangan daging yang sudah dimasak dalam beragam menu itu tiba-tiba mulai bergerak-gerak. Tak lama kemudian berubah pada wujut asalnya, menjadi anjing yang hidup. Anjing itu dengan ganas keluar rumah. Dan di luar, ia memangsa semua kambing serta hewan peliharaan Ki Tsa’labah.
Baca:Â Makrifat Burung Surga (16) : Nabi Disuguhi Daging Anjing
Melihat itu, Nyai Tsa’labah menjerit, berteriak histeris dan berlarian. Ia tak kuasa menyaksikan apa yang terjadi. Nabi pun tidak jadi menyantap makanan yang dihidangkan. Beliau pulang bersama para sahabatnya. Dengan sedih Ki Tsa’labah menyalahkan dirinya sendiri. Ia telah ingkar janji kepada nabi. Inilah akibat terlalu menuruti segala permintaan isteri. Tsa’labah pun segera masuk ke dalam rumah. Ia mengeluarkan semua uang simpanan yang telah dikumpulkannya selama ini. Tanpa meminta pendapat sang isteri, semua uang simpanan itu dibawa pada nabi.
Nabi bertanya, “Ada apa Tsa’labah engkau begitu tampak tergesa-gesa datang kemari?”
Dengan rasa bersalah, Tsa’labah menjawab, “Nabi, saya haturkan uang 500 ringgit sebagai nazar kewajibanku, karena kekayaan yang aku peroleh adalah berkat doa nabi.”
Dengan tersenyum Nabi bersabda, “Bawalah pulang kembali uangmu itu Tsa’labah, karena itulah yang kau inginkan selama ini. Engkau bekerja keras, dan meninggalkan salat jamaah untuk memperoleh harta-harta itu. Engkau telah lupa pada pesanku dahulu, sehingga meninggalkan segala amal kebijakan. Itu sudah menjadi kehendak Allah.”
Baca:Â Makrifat Burung Surga (1) : 99 Burung Bayan Hijrah
Mendengar itu, Tsa’labah terduduk seperti tak sadarkan diri. Lama Tsa’labah terdiam dan tidak juga pergi. Nabi mengambil segenggam tanah lalu ditaburkan ke wajah laki-laki itu. Tsa’labah pun segera sadar, bangkit dan pergi memikul uang ringgitnya.
Uang itu lalu diberikan kepada Abu Bakar, tapi Abu Bakar menolak. Kepada Umar, Usman dan sahabat lainnya, tapi semuanya menolak. Tak berapa lama kemudian, Tsa’labah meninggal dunia dalam keadaan munafik. Kisah Tsa’labah ini mengandung pelajaran, bagaimana nasib orang yang ingkar janji pada rasul, dan lebih menuruti kehendak isterinya, seperti terjadi dalam banyak kisah, misalnya dalam kisah Adam dan Hawa. (bersambung/jss)