BERTUAHPOS.COM (BPC), LIMAPULUH KOTA –Â Permasalahan banjir tiap tahun di Kabupaten Limapuluh Kota, Propinsi Sumatera Barat, disebabkan mendangkal dan menyempitnya aliran sungai.
“Memang sedimentasi aliran sungai sudah sangat banyak. Bahkan kini sungai lebih tinggi dari jalan. Kemudian banyak aliran sungai yang sudah beralih kepada lahan warga, ini yang menyebabkan banjir ketika musim hujan,” sebut Walinagari Durian Tinggi, Ardi Ekis, kepada awak media.
Persoalan normalisasi sungai Batang Kapur, di Kecamatan Kapur IX, sebut Ardi Ekis, sudah disampaikan jauh sebelum banjir Jumat (3/3//2017) lalu kepada balai sungai wilayah tiga di Padang.
“Saya kirim surat kepada Balai sungai wilayah tiga di Padang bulan Agustus dan Oktober 2016 sebelum banjir. Kemudian pasca banjir ini juga sudah saya kirim surat minta izin pengerukan sidimentasi sungai dan normalisasi sungai Batang Kapur,” sebut Walinagari.
Kemudian sebut Ardi Ekis, normalisasi sungai juga pernah disampaikan kepada Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, ketika kunjungan ke-Nagari Durian Tinggi sebelum menempuh jalan tanah menuju Nagari Galuguah pasca banjir.
Karena banjir terus berulang tiap tahun, disampaikan Walinagari, ribuan warganya terus dihantui rasa cemas setiap kali musim hujan tiba. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di pinggir aliran sungai. Termasuk kecemasan dengan sawah ladang yang sudah menjadi langganan banjir.
Baca: Pasca Banjir, Kini Giliran Ulat Gerayak Serang Tanaman Padi
“Jelas kami cemas. Yang pasti bila normalisasi sungai Batang Kapur tidak dilakukan, maka banjir akan terus berulang tiap tahun. Karena debit air dari hulu ketika hujan sudah tidak tertampung lagi oleh aliran Batang Kapur yang sudah mendangkal dan mengalami penyempitan sehingga meluap ke pemukiman warga dan sawah ladang,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan Camat Kapur IX, Andri Yasmen dimana normalisasi dan pengerukan sedimentasi aliran sungai yang bermuara ke PLTA Koto Panjang, di Kabupaten Kampar, Riau, mesti dilakukan bila tidak ingin banjir terus berulang tiap tahun.
“Beberapa waktu lalu tim dari balai sungai wilayah tiga Padang memang sudah melakukan pemantauan aliran sungai Batang Kapur. Karena memang ini salah satu solusinya agar banjir tidak terus berulang,” sebut Camat.
Bahkan disampaikan Camat, seluruh aliran sungai yang membelah dua Kecamatan yaitu Pangkalan Koto Baru dan Kapur IX seperti Batang Manggilang, Batang Samo dan Batang Kapur semuanya bermuara ke PLTA Koto Panjang dan sudah harus dilakukan normalisasi sungai.
Bupati Limapuluh Kota Irfendiujar Arbi, beberapa waktu lalu juga menyampaikan bahwa pengerukan sungai dan waduk PLTA Koto Panjang di Kampar,Riau harus segera dilakukan. Kemudian juga jadwal buka tutup waduk PLTA harus jelas agar air tidak meluap di beberapa aliran sungai.
Seperti diketahui banjir dahsyat yang menghantam Kecamatan Kapur IX dan Pangkalan Koto Baru pada Jumat (3/3/2027), dimana pada 10 Februari 2016 setahun sebelumnya juga pernah terjadi. Sehingga banjir di dua kecamatan itu membuat akses jalan nasional Sumbar-Riau lumpuh hingga beberapa hari.
Belum lagi kerugian materi dan fisikis yang dialami masyarakat terdampak banjir, sangat besar. Bahkan terhitung kerugian mencapai 250 miliar akibat banjir Jumat (3/3/2017) lalu.
Tentu bila tidak dilakukan normalisasi sungai dan pengerukan waduk PLTA Koto Panjang, tidak mustahil banjir akan menjadi agenda rutin tahunan bagi puluhan ribu masyarakat di dua Kecamatan di perbatasan Sumbar-Riau itu. (bpc15)