BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Meski diprediksi bakalan cerah, namun bisnis perhotelan yang berbasis syariah di Pekanbaru terbilang mandek. Kondisi ini dirasakan Manager (GM) Hotel Syariah UIN Suska Sutanto kepada bertuahpos.com, Senin (14/04/2014).
“Susah kita memasarkannya, selain itu kita mesti bersaing ketat dengan hotel-hotel bintang tiga yang banyak tumbuh,” ujarnya.
Bahkan Sutanto mengaku mesti mensubsidi Hotel yang dikelolanya setiap bulan, dikarenakan tingkat okupansi yang sangat rendah. Untuk membiayai tagihan listrik ia mesti menyiapkan dana setidaknya Rp 15juta perbulan.
“Dalam sebulan saja saya mesti mengeluarkan biaya operasional sekitar Rp 35juta sedangkan omset paling Rp 15juta jadi tiap bulan saya mesti nombok terus,” kisahnya.
Faktor APBD yang lamban cair serta kabut asap turut membuat bisnis hotel yang berada di Jl. KH. Ahmad Dahlan No.52 kembang kempis. “Masalah APBD dan kabut asap kemarin memang jadi salah satu faktor yang membuat kamar banyak kosong dan sepi kegiatan,” tambahnya.
Selain itu Susanto mempertanyakan kebijakan pemerintah Kota Pekanbaru yang seakan mempermudah berdirinya hotel. “Padahal tamu yang datang minim, makanya kita juga mempertanyakan kepada pemerintah mengapa begitu mudah hotel-hotel itu diberi izin membangun,” ungkapnya. Secara pribadi, Sutanto mengakui hotel yang berlabel syariah berbeda dengan hotel konvensional. Makanya ia berharap pemerintah bisa memberikan solusi terkait keberadaan bisnis penginapan, yang selalumenghadapi tingkat okupansi yang rendah.
“Seperti mengadakan tourism Exibition misalnya, jadi dengan perhelatan tersebut tamu akan berdatangan sehingga bisa memenuhi kamar yang ada,” tambahnya.
Karena bila pemerintah hanya memikirkan nilai keuntungan dari ninvestasi semata tanpa pertimbangan prospek bisnis investor, bukan tidak mungkin hotel-hotel yang ada akan tutup. “Kalau pemerintah masih seakan tak peduli, bukan tidak mungkin banyak pelaku bisnis di sektor perhotelan gulung tikar,” tambahnya. Namun dirinya tetap berupaya optimis kondisi akan membaik bila pemerintah turut peduli terhadap nasib para pengusaha.
“Kita tetap komitmen saja, ya meskipun perkembangan seperti ini, alhamdulillah, kamar masih ada yang ngisi. Kita berharap kepada pemerintah untuk bisa memberikan solusi terkait persoalan ini,” harapnya. (riki)