BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Ketua Forum Education and Industrial Board (E&IB) Provinsi Riau, Peri Akri, SE, MM menilai saat ini ada kegelisahan pada dunia pendididikan dan dunia usaha. Kondisi ini karena kurangnya link and match antara kedua bidang tersebut.
Di satu sisi, dunia usaha gelisah karena tamatan dunia pendidikan yang diterimanya harus ditraining sebelum ditempatkan di lapangan. Artinya, pasti butuh cost (biaya) lagi bagi perusahaan.
Sementara dunia pendidikan juga  gelisah kenapa tamatan mereka tidak dapat diterima secara meyakinkan di dunia usaha.
“Apalagi mengingat Tahun 2015, Indonesia akan memasuki area perdagangan bebas ASEAN AFTA. Berarti Indonesia harus siap berkompetisi dalam perdagangan bebas berbagai komoditi termasuk, tenaga kerja,” ujarnya. Karenanya masyarakat Riau tidak boleh lalai dan berdiam diri lagi. Jangan sampai tamatan dunia pendidikan Riau hanya akan jadi penonton dan kalah bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Sementara itu, Â Ketua APINDO Riau Helfried Sitompul mengatakan fakta yang ada saat ini, dunia usaha tidak akan mungkin berfikir mundur atau menunggu-nunggu tamatan dunia pendidikan untuk penyesuaian link and match ini.
“Ibarat kendaraan, akselari dunia usaha akan terus cepat dan berkembang sesuai dengan perkembangan ekonomi dunia,” tuturnya.
Dicontohkan Helfried, Â di daerah Duri beberapa perusahaan butuh Tenaga Welder (las) dengan Gaji Rp. 7,5 Juta/bulan. Akan tetapi karena selama ini dunia pendidikan tidak melakukan analisis tamatannya dengan kebutuhan dunia kerja, maka tamatan-tamatan SMK yang punya sfesifikasi dan jurusan welder ini luput dari kurikulumnya.
“Sehingga ketika perusahaan butuh tenaga welder dengan gaji Rp.7,5 Juta/bulan tersebut payah mendapatkannya, kalupun ada harus pakai dibujuk yang bergaji Rp. 7,5 Juta/bulan tenaga welder tersebut. Ini Fakta!” tambahya. (syawal)