BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Sebagai Ibu Kota Provinsi Riau, Pekanbaru sedang berbenah untuk menjadi ikon pariwisata. Bahkan Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru mengandalkan wisata Meeting, Insentif, Convention dan Exibition (MICE).
Hanya saja ada beberapa keluhan yang dirasa pihak swasta dalam promosikan Pekanbaru. Diantaranya makanan khas melayu, yang harganya dirasa terlalu mengguras kocek.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pekanbaru, Hermanius anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. “Kalau saya rasa kita banding-bandingkan dengan daerah Wisata lain harga (makanan khas) relatif. Tidak seluruhnya mahal, ada beberapa mungkin iya,” sebutnya, Selasa (26/04/2016).
Disampaikan Hermanius untuk makanan khas melayu memang tidak bisa disamakan dengan makanan dari daerah lain. “Kalau modalnya standar tentu harganya standar,” sebutnya.
Untuk itu kata Hermanius memang harus ada regulasi untuk itu. Hanya saja bukan semata-mata tugas Disbudpar melainkan juga ada tanggungjawab Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag).
“Kira harus ada regulasi. Itu yang belum kita sosialisasikan. Sekarang masih mempelajari bahwa makan tradisional yang sesuai dengan pasar. Jangan sampai kalah dengan makanan khas lain. Kesannya lebih mahal,” sebutnya.
Sebab itu sebut Hermanius pihaknya masih mensosialisasikan kuliner-kuliner khas melayu. “Kita cari lisensi. Baru nanti ke harga. Kalau belum terkenal kenapa harga dibuat mahal. Untuk itu perlu pencerahan,” katanya.
( Baca:ASITA Riau Kritik Harga Makanan Melayu Mahal)
Sebelumnya Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Provinsi Riau, Dede Firmansyah, mengkritisi harga makanan di rumah-rumah makan khas melayu yang mahal. “Makanan melayu yang mahal sekali, duduk bawa rombongan bisa Rp 500 ribu hingga jutaan. Padahal orang travel budget untuk makan sekali itu Rp 25 ribu sampai Rp 60 ribu,” ujarnya.
Makanya kata Dede tidak heran kalau travel membawa wisatawan malah ke rumah makan lain seperti khas Padang. Hal itu dikarenakan biaya makan tidak semahal makanan khas melayu.
Untuk itu, menurut Dede setidaknya perlu ada peran pemerintah memberikan penjelasan kepihak rumah makan untuk tidak memasang harga terlalu mahal. “Makanan khas seharusnya tidak semahal itu. Pemerintah harus punya apakah dalam bentuk perda (mengatur harga makanan khas),” kata Dede.
Penulis: Riki