BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Hari raya Nyepi yang diperingati sebagai pergantian tahun baru Caka 1938, pada tanggal 9 Maret 2016 yang jatuh sehari sesudah Tileming IX (Kasanga), yaitu pada tanggal apisan (satu) sasih X (Kadasa).
Yang mana bagi seluruh masyarakat Hindu atau umat Sedharma yang merayakan Hari Raya Nyepi melaksanakan beberapa rangkaian acara. Dan mengambil tema “Hari Raya Nyepi adalah Keberagaman Perekat Persatuan”.
Hal itu disampaikan oleh Kawit, selaku Humas panitia serta sebagai penyuluh agama Hindu, Kanwil Kemenag Prov Riau. “Hari ini seluruh umat Sedharma akan merayakan Hari Raya Nyepi, yang mana kita mengambil tema yaitu Hari Raya Nyepi adalah Keberagaman Perekat Persatuan,” ungkapnya kepada kru Bertuahpos.com, Selasa (8/3/2016).
Kawit menambahkan, Makna dan maksud yang diambil serta diterapkan pada perayaan Hari Nyepi itu adalah menciptakan ketenangan dan kedamaian sehingga pikiran bisa bergerak menjauhi atau meniliti kembali yang kita perbuat.
“Jadi makna Nyepi itu sebenarnya untuk pengendalian diri. Dalam filosofi nya adalah Hamulat Sarira Hangerosowani yang artinya mengintropeksi diri sendiri perbuatan yang telah diperbuat dimasa lalu dan memumpuk perbuatan yang baik serta melebur yang tidak baik,” jelasnya.
Sedangkan Hikmah Nyepi itu sendiri, Kawit menjelaskan bahwa Nyepi (Tahun Baru Caka) tersebut diperingatkan agar berbuat tanpa pamrih.
“Dengan hikmah Nyepi ini, kita diperingatkan lagi agar berbuat dengan “Sepi Ing Pamrih” Rame Ing Gawe yang artinya kita berbuat tanpa pamrih,”
Perbeda dengan perayaan yang dirayakan oleh agama lainnya, yang mana pada perayaan agama lain seperti Islam, Kristen dengan melakukan perayaan diluar rumah dan adanya kegiatan-kegiatan tentang hari perayaan tersebut. Sedangkan hari raya Nyepi, cara umat Hindu merayakan yaitu dengan tidak adanya kegiatan sama sekali selama 1 hari penuh (24 jam).
“Sebenarnya sama saja dengan perayaan hari raya agama lainnya, namun untuk hari perayaan Nyepi, umatnya sama sekali tidak melakukan kegiatan apa-apa diluar rumah,” sebutnya.
Sama halnya seperti di Bali, disana (Bali) semua masyarakat diminta untuk tidak beraktifitas dan berkegiatan apapun diluar rumah. Karena menurut Kawit, Bali yang memang sudah menjadi adat dan tradisi seperti itu. Baik yang merayakan bahkan yang tidak merayakan sekalipun.
“Sebenarnya menyesuaikan tempat saja. Kalau di Bali itu memang sudah tradisi dan adatnya seperti itu. Bagi yang merayakan dan tidak merayakan diminta untuk tidak melakukan aktifitas dan kegiatan apapun diluar rumah. Kita yang mengunjungi juga harus menghormati itu,” tegasnya.
Penulis: Dilla