BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau Mawardi Arsyad menyebutkan bahwa, nilai impor kedelai sangat berpengaruh terhadap tingkat konsumsi masyarakat pada produk olahan dari komoditi itu.
“Jadi kalau masyarakat Riau ini banyak yang mengkonsumsi tempe, maka nilai impor kedelai juga semakin tinggi. Kebiasaan masyarakat Riau mengkonsumsi tempe juga akan memberi andil terhadap nilai impor komoditi itu,” katanya.
Impor kedelai adalah salah satu produk komoditi yang masuk dalam golongan impor non migas. Pada periode November 2015 lalu nilai impor Riau non Migas mengalami penurunan.
Salah satu produk yang dominan mengalami penurunan itu adalah mesin-mesin atau pesawat mekanik, yakni sebesar USD 8,78 juta. Sedangkan pupuk juga mengalami penurunan sebesar USD 6,32 juta serta hasil penggilingan mengalami penurunan sebesar USD 6,28 juta.
Kenaikan impor non Migas terjadi pada kertas karton, yakni sebesar USD 3,20 juta, bahan kimia anorganik USD 3,03 juta gandum-ganduman USD 3,02 juta.
Sementara kedelai termasuk dalam produk impor lainya yang juga mengalami penurunan 42,64 persen. Secara keseluruhan total impor non Migas secara keseluruhan barang utama non Migas pada periode Januari hingga November 2015 memberikan kontribusi sebesar 82,74 persen terhadap total impor non Migas di Riau.
Pada periode yang sama, impor non Migas Riau terutama berasal dari tiongkok sebesar 22 persen lebih. Sementara negara Malaysia hanya 12 persen lebih, Singapura 9 persen lebih, dan Jerman 8 persen. Dengan kontribusi ke empat negara itu mencapai 52 persen lebih terhadap keseluruhan impor non Migas di Riau.
Dari 10 negara pemasok barang impor ke Riau, 5 negara diantaranya mengalami kenaikan pasokan impor, sisinya mengalami penurunan. Untuk impor barang konsusmsi selama tahun 2015 sebesar USD 142 juta lebih. Sementara bahan baku penolong jutru lebih tinggi.
Secara keseluruhan nilai impor Riau bulan November ini mengalami penurunan sebesar 3,84 persen dibanding bulan Oktober tahun 2015 yang hanya mecapai USD 102 juta lebih. Penurunan nilai impor ini dipengaruhi besarnya nilai impor non Migas sebesar 10 persen lebih. (Melba)