BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU -Turunnya harga sawit dua pekan terakhir memberi dampak besar terhadap perekonomian di sejumlah daerah. Namun bagi petani di Kecamatan Bunga Raya Kabupaten Siak, ada cara sendiri untuk mengantisipasi anjloknya komoditi itu. Mereka melakukan konversi ke komoditi lain. Sugeng Riadi, seorang petani sawit di Kecamatan Bunga Raya mengaku mereka belajar dari pengalaman pada peristiwa anjloknya harga TBS pada tahun 2009 lalu.
“Waktu itu memang banyak masyarakat yang kebingungan untuk membayar kredit atau tagihan lainnya. Belum lagi memikirkan kebutuhan ekonomi keluarga,” katanya, kepada bertuahpos.com, Kamis (20/08/2015).
Setelah harga TBS normal, mulailah para petani sawit di kecamatan ini melakukan konversi ke komoditi lain. Hasil penjualan dari panen kebun sawit mereka sisihkan untuk modal membuka lahan persawahan. Upaya itu ternyata membuahkan hasil.
Pada saat harga TBS pada dua pekan belakangan anjlok diharga terendah, masyarakat masih bisa sedikit bernafas lega, sebab dimasa seperti ini tanaman padi mereka sudah menguning dan siap panen. “Kalau sekarang sudah tidak kewalahan seperti dulu lagi,” katanya.
Sugeng mengaku, kondisi perekonomian keluarganya dulu memang sempat terpuruk. Selain hanya memiliki kebun sawit yang sedikit, dulunya mereka tidak ada topangan perekonomian dari sektor lain. “Ayah saya bahkan sempat meminjam uang ketetangga-tetangga,” sambungnya.
Dia menambahkan, jatuhnya harga TBS pada pekan ini membuat dirinya dan masyarakat sekitar di kecamatan itu masih bisa bertahan. Sistemnya, mereka mengulur waktu untuk panen. Jika biasanya masyarakat melakukan panen sawit per dua minggu, kini masa panen sawit mereka berubah menjadi sebulan sekali.
“Sebab kalau dipanen perdua minggu, uang hasil panen habis untuk bayar upah pekerja,” sambungnya.
Meski hanya memiliki kebun sawit lebih kurang setengah hektar, Sugeng tidak terlalu khawatir, sebab dua minggu lagi, satu hektar tanaman padinya di sawah sudah siap untuk dipanen.
Mantan Kepala BI Kantor Cabang Wilayah Riau, Mahdi Muhammad, yang kini menjabat sebagai Direktur Grup Stabilitas Keuangan BI Jakarta, melihat pada momen seperti ini, prinsipnya sudah memberikan pelajaran bahwa salah satu antisipasi yang harus dilakukan oleh petani sawit di Riau, yakni melihat kembali peluang konversi atau semacam teknologi terintegrasi antara perkebunan dan peternakan atau tanaman lainnya.
“Sehingga kalau komoditi ini anjlok atau fluktuatif seperti sekarang ini, cara untuk melakukan stabilitas memang harus beragam. Petani jangan hanya bermain dikomoditi tunggal saja,” sambung Mahdi. (melba)