BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Lara tragedi jatuhnya pesawat Hercules di Medan tentunya menyisakan luka mendalam, terutama bagi keluarga yang ditinggalkan.
Dua mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau, Anggi dan Musowir menhadi salah satu korban. Anggi adalah mahasiswi di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan semester 10. Padahal sebetar lagi dia akan melaksanakan ujian skripsi di ruang sidang. Sementara Musowir adalah mahasiswa Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Jurusan Ekonomi Islam semester II. Musowir baru saja menjadi anggota Resimen Mahasiswa di UIN Suska Riau.
Menurut pengakuan Wilna Sari, salah seorang teman sekelas Anggi di bangku kuliah, mahasiswi asal Natuna itu tinggal di Jalan Buluh Cina, Panam, tidak jauh dari mesjid Darul Amal, atau lebih tepatnya dibelakang sebuah warung harian di komplek itu.
Tiga minggu sebelum insiden jatuhnya pesawat Hercules, Wilna dan Anggi sama-sama sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian munaqasah, atau ujian kelulusan skripsi di fakultasnya. “Kemarin kami lagi sama-sama sibuk nyiapain syarat untuk ujian,” katanya.
Musowir bergabung dengan Resimen Mahasiswa pada awal tahun 2015 lalu. Dia tercatat sebagai mahasiswa aktif di Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Jurusan Ekonomi Islam, Semester II.
Pasca terjadinya insiden jatuh pesawat Hercules, Faruq bersama beberapa rekannya mendatangai Lanud untuk memastikan apakan benar Musowir tercatat sebagai penumpang yang ikut pesawat Hercules ke Nantuna. “Ternyata benar. Kami juga sudah menghubungi pihak keluarga,” kata Danmenwa Indra Pahlawan, melalui Asisten Personil Komenwa Indra Pahlawan Riau, Fatrhurrahman Al Faruq.
Dia menambahkan, dari informasi pihak kelurga, Musowir sempat menghubungi keluarganya, beberapa menit sebelum pesawat berangkat. Dia memberi kabar ke orang tuanya bahwa saat itu dirinya sudah berada di Medan dan siap berangkat ke natuna.
Dalam insiden ini sebanyak ada ratusan orang yang mejadi korban. Sejak diproduksi pada 1954, Hercules C-130 sama sekali tak pernah dijual hingga Indonesia memilikinya secara cuma-cuma pada 1959.
Pesawat angkut militer raksasa ini diberikan Presiden Amerika Serikat kala itu, John F Kennedy, memohon-mohon kepada Presiden Soekarno, untuk melepas Alan Pope, pilot yang tertangkap usai menerbangkan pesawat gunakan mendukung Permesta.
Pesawat Hercules pernah mengalami insiden sama pada 20 November 1985
Hercules C-130 H-MP dengan nomor registrasi AI-1322 jatuh di Pengunungan Semangat Raja Berneh, Brastagi, Sumatera Utara.
Pada tanggal 5 Oktober 1991 Hercules C-130 nomor registrasi A-1324 jatuh di Batu Ampar, Condet, Jakarta Timur. Sebanyak 133 prajurit Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU dan 2 warga sipil tewas. Tragedi ini terjadi dalam perayaan HUT ABRI ke 46.Â
Kemudian, 20 Desember 2001 Hercules C-130 dengan nomor registrasi A-1329 milik Skuadron 31 tergelincir dan terbakar di Bandara Polonia, Medan, Sumeter Utara.
Lalu, 11 Mei 2009 Hercules C-130 nomor registrasi A-1302 tergelincir di landasan pacu Bandara Wamena, Papua. Insiden terjadi karena salah satu ban pesawat lepas. Tanggal 20 Mei 2009 Hercules C-130 dengan nomor registrasi A-1325 jatuh di Kecamatan Karas, Kabupaten Megatan, Jawa Timur. Sebanyak 102 orang yang merupakan personel TNI dan warga sipil tewas.Â
Kemudian pada 20 Desember 2001 Hercules C-130 dengan nomor registrasi A-1329 terbakar di Bandara Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh. Kecelakaan akrena pesawat mendarat tidak sempurna.
Dan pada 30 Juni 2015 Hercules C-130 dengan nomor registrasi A-1310 milik Skuadron 32 jatuh di pemukiman warga di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara. Hingga pukul 09.30 WIB, korban jiwa yang dievakuasi mencapai 141 orang. Akankah ini menjadi lara tragedi terakhir? (melba)