BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Masalah pertanian kelapa di Inhil tidak hanya dinilai lemahnya tata kelola niaga dan peremajaan. Akibat dari hal tersebut tentu menyebabkan harga jual kelapa menurun. Ada hal yang lebih mendasar dan harus menjadi perhatian pemerintah.
“Berbicara masalah kelapa di Inhil artinya kita berbicara masalah hati nurani,” ujar Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Banjar Riau (IPPMBR) Nurdiansyah, Senin (27/04/2015).
Permasalahan menurunnya harga kelapa di Inhil bukan menjadi rahasia umum. Bahkan pejabat di luar daerah seribu parit pun mengerti masalah dasar perkebunan kelapa di Inhil.
Selain masalah tata niaga dan peremajaan, masyarakat makin tercekik dengan rendahnya harga jual tak kunjung membaik. Upaya Pemerintah Kabupaten Inhil untuk menjadikan kelapa sebagai ikon daerah tentunya hanya angan sia-sia belaka.
“Hampir 30 persen masyarakat sudah mulai beralih ke kebun sawit. Petani tidak lagi sanggup memenuhi kebutuhan hidup kalau terus bergantung hasil jual kelapa dengan kondisi harga seperti ini,” tambahnya.
Dia menilai, hal lain yang perlu menjadi perhatian khusus oleh Pemerintah Inhil, yakni perihal standarisasi harga jual buah kelapa yang belum jelas.
Dengan kata lain pemerintah tidak bisa menyalahkan masyarakat jika perdagangan lintas batas masih dilakukan. Wajar masyarakat memilih menjuah hasil panennya ke negara tetangga, sebab Malaysia menerima harga jual buah kelapa lebih tinggi dibanding perusahaan lokal.
“Kalau masyarakat berharap kepada pemerintah, tentulah pemerintah yang harus memikirkan kondisi harga kelapa. Setidaknya bagaimana standarisasi harga bisa tetapkan dengan layak,” tambahnya.
Kalau kondisi dan persoalan kelapa di Inhil masih berkutat dalam masalah ini, maka jangan heran lima atau sepuluh tahun kedepan, Inhil tidak lagi dikenal sebagai daerah penghasil kelapa nomor satu di Indonesia. (melba)