BERTUAHPOS, JAKARTA – Meski suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate naik dan pertumbuhan ekonomi diperkirakan turun, BRI tetap mematok target penyaluran kredit yang tinggi, yakni sebesar 20 sampai 22 persen pada tahun 2013. Alasannya, lebih dari 80 persen kredit BRI disalurkan ke sektor UMKM yang memiliki daya tahan tinggi menghadapi gejolak ekonomi.
Â
“Meskipun sedang terjadi gejolak, BRI tidak menurunkan target kredit, yakni tetap 20 – 22 persen seperti yang dicanangkan pada awal tahun. Kami optimis itu bisa tercapai,” kata Sekretaris Perusahaan BRI Muhammad Ali dalam keterangan tertulisnya pada merdeka.com di Jakarta, Minggu (15/9).
Â
Menurut Ali, penyaluran kredit tidak direm karena sejumlah UMKM yang berorientasi ekspor justru sedang menggenjot ekspornya saat ini seiring menguatnya dolar AS (USD). “Mereka justru membutuhkan kredit dari bank untuk memproduksi barang-barang ekspor. Ini tentu harus difasilitasi karena ekspor yang meningkat akan mengimbangi defisit neraca pembayaran,” ujar Ali.
Â
Sementara terkait dengan kemungkinan dinaikkannya suku bunga, baik pinjaman ataupun simpanan, Direktur Keuangan Bank BRI, Achmad Baiquni menjelaskan bahwa kenaikan dilakukan secara selektif. Dia mencontohkan, agar tidak memberatkan pelaku UMKM, suku bunga kredit mikro di BRI tidak dinaikkan.
Â
“Namun, suku bunga kredit yang lain naik dengan besaran yang bervariasi”, ujar Baiquni.
Â
Hal itu bisa dilakukan karena BRI melakukan beberapa langkah terobosan untuk menekan biaya dana. Bank yang mengandalkan deposito, sudah pasti biaya dananya akan meningkat karena bunga deposito bakal naik seiring dengan BI Rate naik. Sebaliknya, biaya dana dapat dipertahankan tetap rendah jika bank banyak menghimpun dana murah yakni tabungan dan giro.
Â
“Untuk menggenjot tabungan, kami menggencarkan promosi Untung Beliung Britama (UBB) dan Pesta Rakyat Simpedes. Kami mencoba memaksimalkan jaringan BRI yang tersebar di seluruh pelosok nusantara,” sambung Ali.
Â
Baiquni menambahkan, BRI juga berupaya menghimpun dana milik pemerintah yang digunakan untuk transaksi dan pembayaran. Langkah lainnya adalah meningkatkan layanan transaksional seperti kartu kredit dan kartu debet. Adapun dari sisi operasional, BRI juga terus meningkatkan efisiensi di segala lini.
Â
“Seluruh langkah-langkah itu dilakukan agar bunga kredit produktif tidak naik sehingga tidak memberatkan pelaku UMKM,” jelas Ali.
Â
Terkait kredit konsumtif seperti KPR dan KKB, BRI telah menyesuaikan suku bunganya. Itu dilakukan karena permintaan KPR dan KKB masih cukup tinggi. Penyesuaian bunga kredit juga bertujuan untuk menjaga kualitas kredit.
Â
Sebelumnya, guna memperlambat pertumbuhan kredit perbankan agar selaras dengan kondisi perekonomian saat ini yang tengah melambat, baik dalam negeri maupun global, Bank Indonesia (BI) melakukan tindakan pengawasan (supervisory action) kepada perbankan nasional.
Â
Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah, mengatakan tindakan pengawasan tersebut tidak dapat dituangkan dalam satu aturan tertentu mengingat tindakan pengawasan dilakukan secara rinci dan merata, baik bank berskala besar hingga kecil.
Â
“Karena itu pendekatannya beda-beda setiap bank. Kami juga pantau kalau ada bank-bank yang gak seimbang strategi pendanaan dan strategi ekspansinya,” tutur Halim di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat.
Â
Langkah pengawasan tersebut dilakukan BI guna menjaga pertumbuhan sektor perbankan tetap stabil dan berkesinambungan di tengah kondisi perekonomian yang sedang bergejolak.
Â
Â
Â
(merdeka.com)