BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Suatu saat, Syarifah Latifah (1896-1929) menemani suaminya, Sultan Syarif Kasim II melakukan kunjungan kerja ke Langkat (Sumatera Utara) dan Tanjungpura (Kalimantan Barat).
Di dua wilayah ini, Syarifah Latifah terkagum-kagum, karena melihat banyak perempuan berprofesi layaknya laki-laki. Hal ini berbeda jauh dengan keadaan di Siak Sri Indrapura, dimana perempuan masih dituntut harus mengerjakan pekerjaan dirumah saja.
Syarifah Latifah kemudian berpikiran bahwa perempuan di Siak juga harus cerdas dan berpendidikan selayaknya laki-laki, namun tak meninggalkan kodratnya sebagai perempuan.
Dan untuk mencapai hal tersebut, maka perempuan di Siak harus mendapatkan pendidikan.
Maka, dengan dukungan Sultan Siak, Syarifah Latifah kemudian mendirikan sekolah kejuruan khusus perempuan yang diberi nama Latifah School. Sekolah ini didirikan antara tahun 1926-1928.
Latifah School mengajarkan perempuan dan remaja di Siak untuk mendapatkan keterampilan lebih.
Tak puas dengan Latifah School, pada tahun 1929, Syarifah kemudian mendirikan sebuah sekolah perempuan lagi, yang diberi nama Madrasatun Nisa. Ini adalah sekolah agama khusus perempuan pertama di Riau. Hebatnya lagi, di Madrasatun Nisa, juga diajarkan pengetahuan umum layaknya pesantren modern saat ini.
Sayang, Syarifah meninggal pada 3 Marer 1929 dalam usia 33 tahun. Namun, perjuangannya mengangkat pendidikan kaum wanita Riau dilanjutkan Sultan Siak dan adiknya, Tengku Syarifah Fadlun bergelar Tengku Maharatu, dikutip dari berbagai sumber. (bpc4)