Terbiasa menimba ilmu di surau, bagi Yusri di mana pun ia bertugas, membaca Al-Quran merupakan rutinitas pagi yang wajib baginya untuk memulai aktivitas. Sehingga di mana pun berada, ia merasa enjoy.
BERTUAHPOS.COM – Sosok yang satu ini tak mau disebut sebagai seorang petinggi pada salah satu lembaga keuangan negara (OJK). Karena baginya, ia tetaplah merupakan orang kampung yang hidup di tanah rantau. Apalagi yang namanya merantau, sudah merupakan kebiasaan orang di kampungnya di Sumatera Barat yang banyak hidup sebagai pedagang di negeri orang. Setelah sukses baru kembali pulang.
“Waduh, saya ini bukan petinggi kok, kita sama saja mahluk Allah SWT yang dhoif,” kata pria asal Pitalah ini.
Sebagai orang yang berdarah Minang, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Propinsi Riau ini memang mengakui, hidup di tanah rantau tidak harus pulang kampung. Walaupun pada waktunya satu hari nanti akan pulang. Puluhan tahun hidup di tanah rantau, ia tak pernah merasa sebagai tamu. Justru seperti berada di rumah sendiri.
“Saya merasa di daerah mana saja saya tinggal, semuanya berkesan. Malah saya merasa jadi orang Indonesia seutuhnya. Alhamdulillah saya pun bisa beradaptasi dengan baik. Entah itu waktu di Padang, di Medan, Aceh, NTB, dan Ternate. Momen di mana saja semuanya seru. Hanya saja, kalau waktu tinggal di Ternate, Maluku Utara, saat saya jalan ke pasar rakyat, rasanya saya berada di pasar Bukittinggi, orang main batu, orang berkata-kata khas pasar di Bukittinggi, jadi rasanya saya bukan tamu,” sebut Yusri.
Kata Yusri, kenapa orang Minang suka merantau, itu ada dua alasan penting. Pertama, karena sumber daya alam di sana tidak banyak. Dan kedua karena ingin berdagang.
“Pilihannya hanya dua, merantau atau berdagang. Karena cita-cita jadi pedagang tidak bisa konsentrasi penuh, akhirnya saya pilih merantau saja. Hanya resikonya tetap sama, harus bawa uang banyak nanti saat balik kampung,” tutur Yusri sambil tersenyum.
Walaupun terkesan apa adanya, filosofi sederhana itu terus terngiang di telinga Yusri. Makanya setamat sekolah, Ia ingin mendapat pekerjaan terbaik. Sebagaimana filosofi hidupnya yang berprinsip harus total jika meraih cita-cita.
“Saya bekerja tidak pernah setengah-setengah, selalu total bekerja, tapi sebetulnya saya juga tidak punya cita-cita sama sekali untuk bekerja di OJK. Apalagi kan dulu belum ada OJK. Dari seorang teman, waktu itu saya diinformasikan kalau ada tes lamaran di BI, padahal waktu di tahun 1984 itu saya belum selesai kuliah. Saya pun iseng masukkan lamaran. Setelah mengikuti serangkaian tes, saya pun lulus,” ulasnya.
Mulai berkiprah di kota Padang, Yusri muda pun tak terhentikan. Prestasinya di bidang keuangan terus menanjak. Bertugas di Medan, Aceh, dan Ternate hingga Lombok NTB. Sewaktu di Lombok, Nusatenggara Barat, Ia sudah diamanahkan untuk memimpin Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menariknya saat di Lombok Yusri sebagai orang nomor satu OJK menjadi bagian dalam konversi Bank Syariah NTB saat itu.
“Sewaktu saya ditugaskan di Riau ini, kawan-kawan celetuk kalau kepindahan saya ke berbagai daerah akan membawa berkah,” kata Yusri.
Notabene kini di Riau ia sebagai ketua OJK, dihadapkan pada keinginan komisaris BRK mengkonversi BRK menjadi BRK Syariah, akankah Yusri menjadi bagian pengambil kebijakan serupa di Lombok? Apalagi Riau bukan tempat yang baru bagi Yusri.
“Kalau ke Riau ini saya sudah sering. Ketika masih sekolah menengah dulu sudah sering ke Riau. Apalagi kata orang Riau terkenal dengan provinsi kaya, karena minyaknya,” aku Yusri.
Karakter itu Terbentuk di Surau
Ini memang bukan soal keberuntungan dalam hidup, karena bagi Yusri yang memiliki orang tua petani kecil dan punya prinsip hidup yang keras. Dalam arti, masa depan untuk anak-anakya harus cerah dan punya prestasi yang bagus. Makanya sedari kecil Yusri yang merupakan bungsu dari empat saudara sudah dididik mandiri dan tekun belajar, salah satunya tinggal di surau.
“Karena abang-abang saya juga selalu tinggal di surau, maka saya pun ikut. Padahal waktu itu belum sekolah. Lagi pula asyiknya di surau bukan hanya saat mengerjakan sholat lima waktu, tapi juga belajar mengaji dengan alim ulama. Nah, kalau masih tidur di rumah, malah kena ejek abang saya”, kenang Yusri.
Tanpa Yusri sadari, pengalaman sedari kecil inilah kemudian terus membentuk kepribadiannya yang mandiri dan konsisten dalam mengejar harapan. Walaupun tak pernah terbersit di kepalanya akan bertugas di OJK. Namun, kesempatan itu diraihnya dalam masa bakti 30 tahun bertugas dalam bidang keuangan. Karena ketulusannya dalam bekerja, sejauh ini ia hampir tidak pernah jatuh dalam karir.
“Selama 30 tahun bekerja, saya tidak merasakan momen saya jatuh bangun. Insyaallah saya tidak merasakan itu. Berarti Allah SWT sayang pada saya. Bahkan saya juga hampir tidak pernah sakit,” kata Yusri.
Menurutnya, bergelut dengan dunia keuangan tidak sedikitpun pusing, lalu apa resep penyuka sambal lado ini? “Tuhan Allah SWT kan sudah menciptakan manusia sesempurna mungkin. Tinggal lagi pola makan yang dijaga. Satu hal yang utama, obat yang paling baik bagi saya adalah berfikir positif. Sehingga tidak hanya dijauhi penyakit, saya pun Hamdalah jauh dari musuh,” ungkap Yusri bahagia.
Untuk menjaga kestabilan tubuh dan aktivitas bekerja, Yusri pun mengimbangi dirinya dengan berjoging setiap hari. Pria yang menikah dengan wanita asal Padang 28 tahun lalu ini (1991) memang terhitung tahun 2014 sudah pensiun sebagai pegawai BUMN, namun karena prestasinya ia dikaryakan kembali untuk mengurus OJK di berbagai daerah, seperti kini sebagai Ketua OJK Riau.
Menikahi istri yang juga mantan pegawai BPD Sumatera Barat (Bank Nagari sekarang), membuat Yusri sadar betul kalau generasi muda mesti sadar betul pentingnya pengelolaan keuangan sejak dini.
“Pendidikan keuangan itu berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Orang tua hendaknya mengajarkan anak-anaknya sejak usia dini, agar anak mampu mandiri dan mampu merencanakan kebahagiaan hidupnya di masa depan,” tutup Yusri.
(bpc3/ong)