oleh: KH. Muhammad Mursyid M.Pd.I (Pimpinan Pondok Pesantren Khairul Ummah)
“Ketahuilah bahwa apa yang bukan untukmu tidak akan menimpamu, bahkan andaipun dunia bersatu untuk memberimu manfaat dengan sesuatu, mereka tidak dapat memberimu manfaat kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tentukan untuk dirimu. Begitu juga andaipun mereka bersatu untuk merugikanmu dengan sesuatu, mereka tidak dapat merugikanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tentukan atas dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.â€
Hal ini tentu berdasarkan sabda Rasullulah saw:
Maka Jagalah Allah, niscaya engkau dapati DIA dihadapanmu. Maka Kenallah kepada-Nya dengan senang, niscaya Dia akan mengenalmu dalam susah maupun senang. Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.
Kita harus menyadari sepenuhnya bahwa seorang hamba itu tidak ada kebaikan dan keburukan serta manfaat dan mudharat yang menimpa dirinya kecuali yang telah Allah tentukan. Sebaliknya juga demikian, bahwa usaha seluruh makhluk yang tidak sejalan dengan ketentuan takdir tidak akan berhasil. Maka ia tahu bahwa hanya Allah lah yang memberi manfaat dan memberi madharat serta bahwa Dia-lah yang memberi dan mencegah. Sampailah sang hamba kepada pengesaan Allah Swt, ketaatan hanya kepada-Nya serta penjagaan hak-Nya.
Jika hamba telah mengetahui hakikat ini, bahwa andaipun seluruh umat bersatu untuk menentang takdir yang telah Allah gariskan, maka tidak akan bisa. Ia pun mesti mengetahui bahwa Allah-lah sumber segala sesuatu dan tempat kembali segala sesuatu. Di tangan Allah-lah segala sesuatu dan hanya Allah-lah pemberi mudarat dan manfaat. Dialah pemberi dan pencegah segala sesuatu. Ia mendatangkan ketenangan dan kelapangan terhadap segala takdir. Sibuk menolak dan merasa sakit adalah hal tidak berguna. Ia pun memusatkan perhatian kepada takdir yang diciptakan untuknya agar cinta kepada Allah menjadi anugerah dan pemberian dari-Nya. Ia sibuk mengesakan Allah dan mengkhususkan taat kepadanya.
Menjaga batas-batas dan hak-hak-Nya, menunaikan perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya. Hatinya terfokus dan menghadap hanya kepada Allah. Ia yakin bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat memberinya mudarat atau manfaat meskipun seluruh mahluk bersatu untuk itu. Ia yakin bahwa andaipun ia berusaha untuk mendapatkan sesuatu, ia tak akan meraihnya kecuali apa yang Allah takdirkan baginya. Ia yakin bahwa andaipun ia berusaha menyingkirkan sesuatu,ia tidak dapat menyingkirkannya kecuali apa yang Allah singkirkan darinya. Saat itu, ia beristiqamah dalam perintah Allah dan taat kepadaNya tanpa menghiraukan lagi selain Dia.
Katakanlah, “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan itu, apakah berhala-berhala itu dapat menghilangkan kemudaratan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku.†(QS Az-Zumar 39:38)
Dialah Sang Maha Mencukupi:
Katakanlah, “Cukuplah Allah bagikuâ€, Kepada-Nya-lah bertawakal orang-orang yang berserah diri (QS Az-Zumar 39:38)”
Ayat ini ditutup dengan akhir yang indah:
“Cukuplah Allah bagikuâ€, Kepada-Nya-lah bertawakal orang-orang yang berserah diri (QS Az-Zumar 39:38)”
Ayat ini tidak diakhiri dengan penutup yang lain. Mengapa? Karena orang-orang yang bertawakal saja yang mengerti prinsip ini, bahwa jika seseorang bermaksud mendatangkan rahmat atau mudarat, ia tidak akan mampu kecuali jika Allah menghendaki. Sang hamba pun berlepas dari tawakal kepada manusia menjadi tawakal karena dan kepada Allah serta yakin kepada-Nya. Pantaslah Allah Swt berfirman:
Katakanlah, “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kalian seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan itu, apakah berhala-berhala itu dapat menghilangkan kemudaratan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya? Katakanlah, “Cukuplah Allah bagiku.†(QS Az-Zumar 39:38).
Jikalah demikian, sesungguhnya setiap kita adalah MERDEKA secara utuh dan hanya memiliki satu -satunya sandaran yakni Allah SWT. Jika mengadu maka mengadulah kepada Allah dan jika meminta maka mintalah kepada Allah dengan penuh keyakinan. (*)