BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Di Candi Borobudur, ada relief Karmawhibangga yang memperlihatkan seorang laki-laki yang tampak sakit keras. Laki-laki itu sakit keras sampai harus dipegangi kedua tanggan dan juga kakinya.
Menariknya, ada dua orang yang tampak tengah mengobati laki-laki itu. Satu orang tengah mengobati kepala, dan satu lainnya tengah menggosok perut. Di sekitarnya, tampak banyak perempuan dengan raut muka sedih.
Dikutip dari Historia.id, relief ini menunjukkan bahwa sudah ada pengobatan di zaman kuno. Dengan demikian, sudah ada semacam tabib tempat masyarakat mengadu dikala sakit. Berbagai prasasti juga menyebutkan bahwa ada profesi yang berkaitan dengan penyakit.
Seperti Prasasti Balawi pada tahun 1305, yang menyebutkan adanya tuha nambi. Tuha nambi berarti tukang obat. Ada juga istilah kdi (dukun wanita) dan walyan (tabib).
Istilah tuha nambi ini juga muncul di Prasasti Sidoteka pada tahun 1323. Dalam prasasti ini, juga muncul istilah wli tamba, orang yang mengobati penyakit. Kemudian, pada Prasasti Bendosari tahun 1360, muncul istilah janggan, yang berarti tabib desa.
Namun, tak sembarang orang yang boleh menjadi pengobat penyakit tersebut. Pada Kitab Agama, disebutkan bahwa orang yang mengobati penyakit harus memiliki pengatahuan yang tentang berbagai jenis penyakit, obat-obatan, dan juga mantra-mantra.
Jika sembarang orang mencoba menyembuhkan penyakit, maka akan menghadapi hukuman. Jika orang yang ingin disembuhkan malah mati, terutama jika orang itu dari kelas Brahmana, maka si pengobat penyakit bisa dihukum mati. (bpc2)