Kasus dugaan rasis oleh Politisi PDIP Ruhut Sitompul terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kini menjadi perbincangan hangat. Meski Ruhut sudah minta maaf, unggahan meme itu terlanjur berbuntut pada jalur hukum.
Dalam unggahan di akun Twitter Ruhut Sitompul, tampak sebuah meme yang memperlihatkan wajah Anies Baswedan mengenakan pakaian adat Papua dari Suku Dani, lengkap dengan koteka.
Panglima Komandan Patriot Revolusi [Kopatrev] Petrodes Mega MS Keliduan, telah melaporkan politikus PDIP Ruhut Sitompul dalam kasus rasis, setelah yang bersangkutan unggah meme Anies Baswedan mengenakan pakaian adat Papua lengkap dengan koteka, ke akun sosial medianya.
Kostum seperti yang dikenakan Anies dalam meme tersebut merupakan pakaian adat Suku Deni di Papua. Kata dia, itu pakaian adat yang sakral dan tak pantas dipakai untuk mem-bully Gubernur DKI Jakarta itu.
Mega menyebut postingan Ruhut Sitompul sangat tak etis, terlebih diduga untuk tujuan mengolok-olok Anies. Itulah alasan Mega melaporkan Ruhut Sitompul ke polisi.
“Ruhut adalah pem-bully Anies. Ruhut meng-upload foto yang diduga editan menggunakan wajah Anies yang mengenakan pakaian adat Papua dan sebagai orang yang dengan track record pem-bully Anies, maka diduga kuat foto itu dipakai untuk mengolok-olok Anies,” ujar Mega.
Mengenal Pakaian Adat Suku Dani, Papua.
Pakaian adat suku Dani dapat ditemui di daerah jajaran pegunungan Jayawijaya, tepatnya di Lembah Baliem, pegunungan tengah Provinsi Papua. Pakaian adat suku Dani dengan 2 buah taring babi menandakan ia seorang prajurit perang.
Perempuan suku Dani yang belum menikah menggunakan sali. Bahan yang digunakan adalah bahan alami. Bagian penutup dibuat dari bahan dasar daun sagu dan dirajut dengan rapi, sedangkan untuk penutup kepala, secara khusus menggunakan burung kasuari.
Pada umumnya, pakaian adat Papua memang tidak menggunakan atasan. Sebagai penggantinya, pada umumnya terdapat lukisan pada tubuh dengan motif daun atau akar pohon. Warna umum yang sering digunakan adalah putih dan merah. Warna merah berasal dari pasta tanah liat, sedangkan warna putih berasal dari kulit kerang yang dihaluskan.
Holim atau horem [koteka] adalah pakaian atau penutup badan kemaluan bagi pria. Bentuk koteka ialah selongsong mengerucut pada bagian depan. Diikatkan pada pinggang hingga mengarah ke atas. Koteka dibuat dari buah labu air yang sudah tua kemudian dikeringkan.
Agar mudah dikeringkan buah labu tua di tanam di dalam pasir kemudian dibakar, sehingga lebih mudah mengeluarkan isi bagian dalam buah labu yaitu berupa biji dan daging labu. Labu air yang tua lebih dipilih untuk digunakan sebagai bahan koteka karena sifatnya cenderung lebih keras, menjadi lebih mudah hingga tidak cepat membusuk serta tahan lama juga dibandingkan dengan labu air yang muda.
Proses pengeringan koteka biasanya diangin-anginkan di atas perapian. Ukuran dan bentuk koteka disesuaikan berdasarkan keperluan dan aktivitas bukan berdasarkan kedudukan adat. Bentuk yang lebih kecil dan pendek biasanya digunakan untuk bekerja sehari-hari hidup bercocok tanam ubi, beternak dan berburu hewan liar untuk mencari makan. Koteka yang berukuran panjang dan biasanya diberi gambar hiasan dan bulu-bulu digunakan saat upacara adat.
Ada dua jenis pakaian adat perempuan suku dani, yaitu yokal dan sali.
Yokal dipakai oleh kaum wanita (yang sudah menikah), dibuat dari kulit pohon. Warna yokal biasanya menyolok berupa cokelat tanah dan kemerahan, bentuknya seperti anyaman dililitkan melingkar memanjang dan dililit melingkar pinggang, hingga menutup bagian pinggul wanita hingga bagian paha.
Sedangkan sali dipakai oleh gadis atau perempuan Papua yang belum menikah. Warna Sali hanya terdiri dari satu warna saja yakni warna cokelat. Sali mirip seperti rok wanita tapi terbuat dari bahan kulit kayu atau daun sagu kering. Bagian dalam lebih panjang dari bagian luar. Cara memakainya adalah dengan melilitkan ke pinggang dan diikat dengan simpul.
Namun saat ini rok rumbai tidak hanya digunakan oleh para wanita saja, para laki-laki di Papua pada kondisi acara tertentu juga kerap menggunakan rok ber-rumbai ini. Hiasan kepala untuk wanita Suku Dani ada tambahan berupa bulu-bulu burung kasuari, atau dari bahan ijuk dan daun-daun sagu yang sudah dikeringkan.
Perhiasan di kepala, bulu-bulu hewan menyerupai mahkota. Terbuat dari bulu burung kasuari yang berwarna putih atau kuning. Selain bulu burung kasuari, bentuknya sangat unik dan menarik, terkadang juga menggunakan ilalang sebagai pengganti bulu
Noken atau tas anyaman unik khas papua. Anyaman menyerupai jaring, terbuat dari bahan alam yang banyak dijumpai di Papua. Biasanya terbuat dari anyaman kulit kayu dan akar pohon di hutan. Banyak fungsi Noken dan ukurannya juga berbeda-beda.
Yatoo adalah jenis noken ukuran besar biasa digunakan untuk mengangkut kayu bakar, berbagai hasil panen kebun, biasanya ubi, kacang, kentang dan aneka sayuran, termasuk juga untuk mengangkut barang-barang belanjaan atau untuk membawa barang dagangan ke pasar.
Apabila barang dagangan sudah habis noken bisa juga menggendong anak. Gapagoo yaitu Noken yang ukurannya lebih kecil dari Yatoo, dan Mitutee adalah noken yang ukurannya jauh lebih kecil dari Gapagoo, biasanya hanya digunakan untuk membawa barang-barang berukuran kecil seperti sirih pinang, atau rokok.
Cara menggunakan noken adalah dengan mengaitkannya di kepala, dan membiarkan bagian paling lebar menjuntai di belakang punggung.
Gigi atau taring hewan babi atau anjing. Bagian taring babi biasanya digunakan di hidung pria suku Dani yang menandakan dia adalah seorang prajurit perang. Apabila taring menghadap ke bawah berarti prajurit sedang marah dan ingin berperang.***