BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Balai Karantina Kelas I Pekanbaru, Badan Karantina Pertanian di Bawah Kementerian Pertanian mencatat nilai ekspor komoditas pertanian di Riau hingga Maret 2019 mencapai Rp7 Triliun.
Kepala Balai Karantina Pertanian (Kabarantan) Kelas I Pekanbaru, Rina Delfi mengatakan, pihaknya tidak memiliki data mengenai seberapa besar potensi ekpor yang harusnya yang lepas.Â
Namun pencatatan nilai ekspor pertanian selama ini hanya dihitung berdasarkan jumlah permohonan sertifikat yang masuk saja.
“Kalau dari Januari hingga tanggal 11 Maret 2019 nilainya mencapai Rp7 triliun itu yang melapor ke Balai Karantina Pertanian,” ungkapnya kepada bertuahpos.com, di Pekanbaru Senin, 11 Maret 2019.
Rina mengakui bahwa masih ada banyak produk-produk pertanian yang masuk dalam pasar ekspor tapi tidak melaporkan ke Balai Karantina. Jika demikian artinya nilai ekspor produk itu harusnya melebihi Rp7 triliun.
Tahun 2018 lalu, menurut pencatatan Balai Karantina Pertanian Kelas I Pekanbaru, total nilai ekspor mencapai Rp35 triliun, berdasarkan data yang melaporkan aktivitas ekspor tersebut.
“Kami mengakui memang masih banyak kegiatan ekspor ini tidak melapor atau tidak melalui sertifikasi dari kami. Nilainya lebih besar lagi,” ungkapnya saat memberikan laporan ke Gubernur Riau, Syamsuar.
Sejauh ini, disebut Rina, komoditas unggulannya masih berupa turunan dari sektor-sektor perkebunan sawit, seperti bungkir, cangkang dan hasil olahan sawit itu sendiri. Bahkan turunan kelapa juga banyak diekspor ke luar negeri, seperti sabut, cangkang, arang, dan turunan lainnya.Â
Baca:Â Ini Kata Syamsuar Soal Gempuran Isu Sawit, Mulai dari Perang ‘Tetangga’ Hingga B100
Pihak Balai Karantina Pertanian Kelas I Pekanbaru sendiri juga mengakui bahwa pihaknya belum punya data mengenai potensi keseluruhan nilai ekspor produk pertanian dari Riau.Â
Apalagi masih banyak pihak-pihak yang melakukan kegiatan ekspor tidak melalui pelabuhan atau fasilitas bandara di Pekanbaru. Namun secara potensial sangat besar untuk menyangka Pendapatan Asli Daerah (PAD) provinsi.
“Memang masih banyak potensi lain dari komoditas perkebunan di kita yang belum keluar (ekspor) seperti nanas, pepaya, dan lainnya. Kalau soal data potensi keseluruhan kita tidak punya,” ujar Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil di Pekanbaru. (bpc3)