“Modalnya tidak dari saya. Join sama orang lain. Saya cuma menjualkan saja. Untungnya bagi dua,” ungkap Hanif kepada bertuahpos.com, Rabu (03/09/2014)
Omset per hari yang ia peroleh dari berjualan gorengan dikampus bisa mencapai lebih dar Rp. 50 ribu. Dalam sehari gorengannya laku sekitar 300 buah. Dalam satu bulan, Hanif bisa megantongi sedikitnya Rp 1,5 juta.
Selain menjual gorengan, ia juga buka usaha Es Tebak di luar kampus. “Kalau Es Tebak pemasukan bisa sampai Rp 150 ribu per hari. Jualan minuman lebih banyak peminatnya,” tambah Hanif.
Usaha ini ia jalani ini tanpa menggeluarkan modal serupiah pun. Hanif hanya aktif menawarkan jasanya kepada pengusaha-pengusaha kecil di sekitar tempat tinggal. Dan usaha ini sudah ia lakoni sejak tahun 2012 lalu.
Hanya berbekal motivasi kuat untuk belajar mandiri serta berupaya keras membatu orang tua di kampung. Jadi tidak lagi mengirimkan uang belanja untuk keperluan kuliahnya.
“Rencananya kalo ada yang mau bantu sewa ruko, saya mau buka usaha kuliner di luar,” katanya.
Sejauh ini, dari pantauanya di lapangan. Kampus merupakan potensi besar bagi mahasiswa untuk belajar mengembangkan diri menjadi wirausaha muda. “Cuma tempatnya tidak ada. Untuk izin dan urusan administrasi susah,” tuturnya.
Harapannya ke depan, kampus bisa memberi peluang kepada mahasiswa untuk mengembangkan potenti-potensi enterprenuer muda dan berbakat. Karena tidak semua mahasiswa tertarik jadi pegawai. Salah satu caranya kampus menyediakan tempat bagi mahasiswa untuk berwirausaha. (melba)
Â