BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Wan Thamrin Hasyim menyebut jabatannya sebagai Gubernur Riau merupakan jabatan struktural terakhir yang dia geluti. Per pukul 00.00 WIB, Selasa, 19 Februari 2019, dia sudah tidak lagi menjadi Gubernur Riau dan akan digantikan oleh Syamsuar.
bertuahpos.com, disela-sela banyak kegiatan Wan Thamrin Hasyim selama sepekan ini menyelipkan beberapa pertanyaan mengenai apa yang akan dilakukan Mantan Bupati Rohil ini setelah dia tidak lagi menjabat sebagai Gubernur Riau. Berikut petikan wawancara yang dirangkum bertuahpos.com:
Setelah tak lagi menjadi Gubernur Riau apa aktivitas bapak?
Saya pikir ada banyak kegiatan saya. Yang jelas menjadi pengacara (pengangguran banyak acara)
Sebelumnya ada kegiatan menulis buku perjalanan hidup bapak, bagaimana perkembangannya?
Sudah. Sudah selesai. Tapi bukan untuk konsumsi publik, tapi hanya untuk konsumsi anak cucu bahwa kakeknya pernah hidup di negeri ini.
Apakah bukunya boleh dibedah?
Saya pikir tidak. Buku yang saya buat ini tidak untuk diapapakan, hanya untuk dibaca dan untuk memukang anjing. (Dalam KBBI kata memukang asal katanya adalah: Pukang, Kelas: Verba, artinya: memotong-motong binatang yang telah disembelih). Hasilnya memang sangat jauh dari sempurna. Tapi, jadilah untuk anak cucu saya.
Sebelumnya Bapak sudah menentukan judul untuk buku itu: Kujemput Takdirku, apakah masih pakai nama judul yang sama setelah terbit?
Buku saya ini diedit oleh Pak Taufik Ikram Jamil dan Atan Lasak. Judulnya berubah. Menurut Pak Taufik kalau judul bukunya: Kujemput Takdirku, kesannya terlalu sombong sekali. Takdir adalah milik tuhan. Begitulah, ada perubahan, judulnya: Hidup Mesti berarti Walau Hanya Menjadi Sebutir Pasir.Â
Bocoran isi bukunya, Pak?
Ininya tentang sejarah perjalanan hidup saya dari kecil sampai saya ditakdirkan bisa menjadi Gubernur Riau. Saya lagir di Bagan Siapiapi tahun 1944. Umur 2 tahun saya harus meninggalkan kampung halaman pada tahun 1946. Kami merantau ke Sumatera Utara.Â
Saya mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat (SR-sebutan di masa itu), sampat tingkat SMA dan saya sempat kuliah sebentar di USU, kemudian pindah ke Pekanbaru. Waktu itu saya mau mengejar sekolah camat.Â
Pergilah saya ke Pekanbaru, ternyata pendaftaran sudah tutup. Pak Tengku Lukman yang sempat masuk. Kemudian luntang lantung lah saya, sampai saya masuk ke Unri. Waktu itu gelar saya masih MBA. Teman-teman saya waktu itu menyebut saya supir mobil Padang karena gelar itu.Â
Dengan modal ijazah itu saya melamar pekerjaan di Caltex (sekrang-PT.Chevron Pasifik Indonesia) sampai sekarang tidak dijawab lamaran saya. Dan PT. Pertaminan di Dumai, sampai hari ini juga tidak dijawab.Â
Itulah nasib yang membawa saya kemana-mana. Akhirnya saya diterima di perusahaan daerah dan diangkat menjadi Sekwan di masa Pak Ismail Suko. Kemudian di Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda-sekarang Bapenda) selama 17 tahun.
Apa pesan khusus untuk Pak Syamsuar dan Pak Edy Natar sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Riau kedepa?
Saya percaya gubernur baru akan lebih “manis” memimpin Riau Ini. Saya percaya dengan pengalaman Syamsuar. Makanya kepada Syamsuar saya sudah bsebut, “Anda harus tunjukkan bawah Anda bisa menjadi pemimpin yang baik.”Â
Pemimpin itu biasa silih berganti, tapi pembangunan harus tetap dilanjutkan. Harus ada hal baru, mungkin tidak jembatan tapi pembangunan yang lain. Ya, kita lihat lah. (bpc3)