BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Bongkar tanaman dan ganti pot bunga di sepanjang jalan protokol di Pekanbaru, memang bukan lagi pemandangan asing bagi masyarakat. Ada saja taman dibongkar, dan pot bunga yang diganti. Aktivitas seperti ini jelas mengindikasikan bahwa Pemko Pekanbaru kecenderungan “main proyek” dalam pengadaan barang dan jasa.
“Kalau saya telaah memang pengadaan-pengadaan itu berbasis proyek, bukan berbasis program. Makanya kalau ada proyeksi pot bunga atau taman yang bagus pun diganti. Kalau tidak begitu ya tidak ada proyek,” kata Pengamat Tata Kota, Mardianto Manan, saat ditemui bertuahpos.com, di Kantor Bappenda Riau Jalan Gajah Mada, Pekanbaru, Rabu, 16 Januari 2019.
Dikatakannya, atas apa yang disaksikan masyarakat terhadap kondisi tata kelola kota di Pekanbaru selama ini sudah menjadi rahasia umum. Bahwa proyek-proyek pengadaan barang dan taman di Pekanbaru ini, sampai habis masa Firdaus MT sebagai Walikota Pekanbaru, tidak akan pernah selesai. Sebab semua itu berbasis proyek.
Jika dalam tatanan proyek terhadap pengadaan pot bunga dan taman, maka kecenderungan ada fee (komisi) yang diberikan kepada oknum-oknum tertentu. Jika semakin banyak pot dibuat, maka semakin besar komisinya.
“Kemudian ditanami bunga, namun setelah dibiarkan ternyata lebih tinggi gulma ketimbang bunganya. Semuanya itu diproyekkan. Asal ada bendanya, ada fotonya (bukti) keluarlah anggaran. Seperti itu terus. Lihatlah faktanya di jalan-jalan itu seperti apa. Masyarakat tahu, kok,” ungkapnya.
Dia menambahkan proyek-proyek “receh” seperti ini akan selalu ada di Pemko Pekanbaru karena mengabaikan program yang seharusnya didahulukan. Dikatakan Mardianto, jika memang Pemko Pekanbaru mengedepan proyek tersebut berbasis program tentu disusun dengan rancangan jangka panjang dan masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)Â
Contohnya, untuk membangun sebuah taman tentu ada target 5-10 tahun kedepan bunga atau pohon sudah menjadi besar dan suatu kawasan akan menjadi nyaman dan sejuk. Ada infrastruktur pendukung dengan tujuan jelas, misal target humnisme yang lebih tinggi.Â
“Namun pada kenyataannya justru tidak demikian. Bikin miris lagi, hampir setiap tahun yang diperbaiki oleh Pemko Pekanbaru sendiri barangnya itu-itu juga. Bunga, kalau tidak ganti pot. Terus mau sampai kapan uang pemerintah itu habis begitu-begitu saja,” katanya.Â
Mardianto mendorong sudah saatnya Pemko Pekanbaru untuk sadar dengan program-program yang menyentuh pada masyarakat banyak. Artinya tidak lagi program tersebut hanya sebatas perencanaan, namun pada realitasnya hanya sebuah proyek “recehan.” (bpc3)Â