BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Kasus yang dialami Neno Warisman saat berkunjung ke Pekanbaru dianggap telah mencoreng wajah budaya Riau yang menjunjung tinggi budi dan adat penghargaan kepada tamu. Namum faktanya aparat malah melakukan tindakan yang tidak mencerminkan itikad baik.
Hal ini diungkapkan oleh Ketua Komisi I DPRD Riau, Taufik Arrahman, kepada bertuahpos.com, Senin, 27 Agustus 2018. “Memang semua tahu soal penghadangan Bunda Neno di Bandara SSK II, Sabtu kemarin. Maka saya juga berinisiatif untuk turun karena Bunda Neno adalah tamu kita,” ujarnya.
Setibanya di badara, menurut cerita Taufik, memang suasana sudah sangat ramai. â€Saya dan beberapa tokoh masyarakat lain mecoba untuk bicara dengan Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Susanto. Semua mengutarakan kalau sebaiknya Neno diberi waktu untuk istirahat, sebab beliau adalah tamu,” sambungnya.
Taufik juga membenarkan kalau dalam proses negosiasi itu sempat terjadi adu mulut dengan Kapolresta Pekanbaru, karena mereka meminta agar pihak kepolisian memberi kelonggaran kepada Neno Warisman untuk istirahat, kemudian untuk tindakan selanjutnya bisa dibicarakan lebih jauh.
“Namun, Kapolres tetap tidak mau melepaskan, alasannya mereka sudah diperintahkan seperti itu. Akhirnya terjadilah perdebatan antara saya dan Kapolres,” tambah dia.
Baca:Â DPRD Riau Dukung Gugatan Class Action Kasus Persekusi Neno Warisman
Sekitar 7 jam Neno Warisman tertahan di mobil yang ditumpanginya hingga akhirnya aparat kepolisian mengambil keputusan untuk memulangkan Neno secara paksa. Mobil yang ditumpangi Neno digiring masuk ke bandara dengan pengawalan petugas.
“Saya ikut antar ke bandara sebagai adab tuan rumah mengantar tamu yang mau pulang. Namun, saat mobil berhenti di bandara, memang Kabinda Riau ada di sana, dan sempat terjadi keributan antara Kabinda dan pengiring Neno. Saya ada di sana. Namun, akhirnya kita sepakat bahwa Neno harus diantar baik-baik ke pesawat untuk kembali ke Jakarta,” tambah dia. (bpc2)