BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Pasca penerkaman seekor Harimau Sumatera yang menewaskan seorang warga di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), pencarian terhadap hewan buas tersebut terus dilakukan.
Terhitung pasca kejadian, pencarian terhadap Harimau Sumatera yang diberi nama Bonita tersebut kini hampir memasuki satu bulan. Namun hingga kini, tim gabungan yang diberikan wewenang guna mengevakuasi hewan yang dinyatakan hampir punah tersebut belum membuahkan hasil.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penyelamatan Bonita, mengklaim telah melakukan berbagai cara. Dimulai dengan menggunakan perangkap hingga dengan menggunakan tembakan bius.
Perangkap-perangkap atau trap box telah diletakkan di beberapa titik di daerah jalur lintasan Bonita. Trap box juga dilengkapi dengan umpan seekor kambing agar Bonita mau mendekat.
Namun perilaku Bonita yang diketahui telah menyimpang ini, justru lebih memilih mendekati permukiman manusia ketimbang trap box.
Akibat perilaku menyimpang Bonita yang disebut Inhabituasi tersebut, salah satu SD di Pelangiran terpaksa diliburkan selama 2 bulan ini. Seperti yang diutarakan oleh Kepala Dusun Sinar Danau, Desa Tanjung Simpang Kanan, Inhil, Sarayo, meskipun jarak sekolah hanya 100 meter, namun tidak ada yang berani untuk beraktivitas.
Titik terang evakuasi Bonita sebenarnya sempat menemui titik terang di tanggal 16 Maret 2018. Ini setelah tim rescue dikabarkan mampu bertemu dan menembak bius Bonita. Namun sayang, Bonita yang sempat muntah-muntah karena tertembak bius, justru kembali lari sebelum tim resue mengevakuasi hewan buas tersebut.
Sadar akan bius yang ditembakkan kepada Bonita tidak terlalu mempan, tim rescue mengambil tindakan untuk menambah bius sesuai dengan berat badan Bonita yang diperkirakan mencapai 70 kilogram.
Evakuasi yang sempat menemui titik terang pasca penembakan, tampaknya akan kembali menemui jalan buntu. Tim rescue mengatakan Bonita mengalami perubahan perilaku pasca penembakan. Bonita diketahui semakin liar bahkan diduga tidak sungkan menerkam saat berjumpa dengan tim rescue.
Seolah menghilang, Bonita hingga kini tak lagi dijumpai oleh tim rescue. Bahkan kabar teakhir Bonita hanya didapatkan dari laporan warga yang menyebut Bonita sedang minum air di pinggir sungai. Laporan ini masuk pada tanggal 19 Maret 2018 lalu.
Susahnya Bonita untuk dievakuasi bahkan kini menghilang, menurut salah seorang warga hal ini menunjukkan Bonita bukanlah harimau yang biasa. Saleh, salah seorang warga setempat bahkan mempercayai Bonita ialah hewan jadi-jadian atau hewan mistis.
“Itu lah bukti kalau Bonita itu bukan harimau biasa. Masyarakat percaya kalau itu harimau jadi-jadian. Harimau biasa tidak akan akan mengerti dengan hal semacam ini, dan mungkin sejak lama sudah maul perangkap,” ujar Saleh beberapa waktu lalu.
Kabar Bonita sebenarnya telah menjadi pembicaraan hangat, tidak hanya di Provinsi Riau bahkan di Indonesia. Bahkan salah salah seorang anggota Komisi IV DPR RI, Ichsan Firdaus, menyebutkan dalam kasus ini hanya ada dua pilihan yang bisa diambil, yaitu memilih hidup manusia atau memilih hidup hewan.
Namun Bonita tidak bisa disalahkan sepenuhnya atas konflik ini. Ini merujuk dari pernyataan WWF Riau melalui Staf Komunikasi, Syamsidar, yang menyatakan konflik ini berawal dari perbutan lahan antara manusia dan hewan.
“Dari pemantauan yang kami lakukan selama ini memang kondisi habitat harimau itu 75 persen berada di luar kawasan konservasi. Artinya memang dia berada di kawasan HTI, kebun sawit atau hanya menumpang hidup pada hutan-hutan tersisa. Kalau kita lihat dari lokasi kejadian (Yusri dan Sumiati) memang lokasinya di kebun. Dulu kawasan ini memang lanscap hutan dan itu habitat alami dari satwa ini,†ujar Syamsidar beberapa waktu lalu.
Namun dibalik siapa yang salah, sampai kapan Bonita akan terus berkeliaran dan menakutkan warga? Hal ini masih belum bisa terjawab. (bpc9)