BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Riau, Rahima Erna mengakui untuk menumbuhkan minat baca masyarakat di Riau sulit. “Tidak perlu muluk-muluk, yang penting bisa menumbuhkan minat baca saja dulu itu sudah bagus. Tapi untuk menumbuhkan minat baca masyarakat ini tidak mudah,” katanya.
Hal itu dikatakan Erna saat dihubungi bertuahpos.com, Minggu 18 Maret 2018 di Pekanbaru. Dia mengakui memang ada banyak program yang sudah dibuat pemerintah untuk supaya masyarakat tertarik dan minat baca tumbuh. Namun ini nasalah pridadi dan lingkungan seseorang. Sehingga kedua faktor itu sangat menentukan sejauh mana bisa memperbaiki minat untuk baca.
Dia mengatakan minat membaca itu harus ditambahkan sejak anak-anak. Setelah minat baca tumbuh, maka membaca akan menjadi budaya. Langkah seperti ini harus dilakukan sesegera mungkin, sebab dari beberapa hasil survei menunjukkan bahwa minat membaca di Tanah Air begitu mengkhawatirkan.
“Mulainya memang harus dari keluarga. Bagaimana lingkungan dalam keluarga itu mendukung dulu, atau merangsang anak-anak supaya mereka mau membaca. Setelah itu barulah didukung dengan regulasi lingkungan pendidikan formal anak, seperti sekolah,” sambungnya.
“Kami juga sudah membuat edaran dan bekerja sama dengan beberapa sekolah untuk menerapkan budaya membaca ini. Misalnya sebelum masuk kelas, sekolah memberi waktu kepada siswanya untuk membaca. Supaya ini membudaya. Selain untuk pintar membaca itu menjadi prioritas nasional sekarang,” ujarnya.
“Ini sebagai bentuk transpormasi literasi menuju kesejehteraan. Kalau dulu di era Presiden Soekarno bagaimana mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi sekarang bagaimana caranya masyarakat membudayakan membaca. Makanya ada gerakan pustaka di desa, kecamatan, kabupaten hingga provinsi untuk menanamkan inovasi. Bagaimana orang yang suka membaca bisa berinovasi,” tambah Erna.
Sebelumnya, Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional RI, Dedi Junaidi menyebutkan bahwa minat baca Indonesia peringkat 60 dari 61 negara. Dikatakan Dedi, peringkat tersebut sangat rendah, karena hanya ada 1 negara yang berada di bawah Indonesia. “Bayangkan saja, minta baca masyarakat kita peringkat 60 dari 61 negara. Ini kan memperihatinkan,” katanya.
Dilanjutkan Dedi, sebenarnya Indonesia tidak kekurangan jumlah perpustakaan. Menurut data yang dimilikinya, perpustakaan di Indonesia cukup banyak, yakni mencapai 30 ribuan perpustakaan dari seluruh Indonesia. Jumlah perpustakaan Indonesia bahkan melebihi Belanda dan Korea. “Namun, percuma perpustakaan banyak kalau minat baca kurang,” lanjutnya.
Saat ini, negara dengan minat baca terbaik adalah Finlandia. Dilansir dari Sindonews.com, penduduk Finlandia digratiskan biaya kuliah. Tingkat melek huruf di finlandia bahkan mencapai 100 persen, artinya tidak ada penduduk finlanfia yang tidak bisa membaca. Sementara itu, negara tetangga Singaoura menempati peringkat 3 minat baca terbaik di dunia. (bpc3)Â