BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Harimau Sumatra bernama Bonita itu luar biasa. ‘Aksinya’ mencengangkan. Bahkan Tim Gabungan yang dibentuk Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) kewalahan dibuatnya.
Nama Bonita naik setelah dia menerkam Jumiati, sekitar dua bulan setelah itu Bonita kemudian menerkam Yusri. Kedua peristiwa itu terjadi di Pelangiran, Inhil, Riau.
Cerita mistik tentang harimau sebenarnya tidak hanya melekat pada Bonita. Tapi hampir pada seluruh binatang penguasa rimba ini. Cerita mestik dari Bonita membuat masyarakat semakin percaya bahwa harimau itu jenis binatang berbeda.
Dalam tindakan evakuasi terhadap Bonita, Tim BKSDA memang sekitar 8 jerat (perangkap) dengan umpan 8 ekor kambing yang diberi obat bius. Faktanya, Bonita tidak tertarik dengan kambing-kambing itu. Dia hanya mengitari perangkap dan sekalipun tak berhasil menjerat Bonita.
“Itu lah bukti kalau Bonita itu bukan harimau biasa. Masyarakat percaya kalau itu harimau jadi-jadian,” kata Saleh, salah seorang tetua masyarakat di Pelangiran. “Harimau biasa tidak akan akan mengerti dengan hal semacam ini, dan mungkin sejak lama sudah maul perangkap.”
Bonita tidak lapar, katanya. Apa yang dilalukan Bonita bisa jadi tindalan balas dendam, atas apa yang terjadi di waktu terdahulu. Faktanya, Bonita tidak memakan Yusri. Hanya menerkam pundaknya, kemudian membiarkan mayat Yusri tergeletak di semak-semak. Terhadap Jumiati, kata Saleh, belum tentu bagiam tubuh yang hilang itu dimakan oleh Bonita.
“Lepas dari itu semua, faktanya Bonita sudah membunuh dua manusia. Mitosnya, motif yang dilakuka Bonita adalah balas dendam. Menurut cerita orang-orang dulu, di kawasan Inhil memang ada permusuhan antara manusia dan harimau,” sambungnya.
Dia menjelaskan, fakta laim terhadap Bonita, seperti yang diungkapkan oleh Kepala BKSDA Riau Suharyono. Bawah Bonita merupa harimau dengan perilaku menyimpang. Dalam sebuah video yang sempat beredar di youtube, bahwa Bonita tidak menunjukan rasa takut ketika bertemu dengan gerombolan manusia. Bonita malah mengitari perugas dan berusaha mencari celah untuk menerkam.
“Itu bukan perilaku harimau biasa. Ada sesuatu hasrat yang belum terpenuhi dalam diri Bonita. Dia tidak takut dengan manusia. Bahkan Bonita sering menampakkan dirinya kepada masyarakat. Sama seperti jin. Normalnya, jin yang menampakkan diri ke manusia maka akan menguras energi besar dan jin itu lemas. Hariau biasanya juga akan lari jika bertemu dengan gerombolan manusia. Tapi semua itu tidak berlaku pada Bonita. Ini lah bukti kalau dia bukan harimau biasa,” sambungnya.
Saleh berkata, masyarakat percaya kalau Bonita akan menyelesailan sebuah tugas atau perintah. Dan pekerjaannya itu kini berkaitan dengan manusia. Maka wajar jika ada banyak keanehan pada diri Bonita. Dan keanehan itu sangat berkaitan dengan hal mistik yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat.
Kepala BKSDA Riau, Suharyono mengakui tidak menapikkan sejumlah kisah misteri yang melekat pada Bonita. Dia bahkan mendengar kabar tersebar di tengah masyarakat bahwa Bonita ialah harimau yang ditunggangi makhluk halus seperti seorang kakek. Makhluk halus ini disebut mengenakan jubah dan kakinya diikat kain kuning yang melilit ke kaki belakang Bonita. Meski demikian, Haryono tak mau percaya begitu saja.Â
“Saya dengar cerita itu dari masyarakat di sana. Memang secara logika sulit dipercaya. Tapi memang cerita itu punya kecocokan dengan karakteristik yang ada pada Bonita. Pada kakinya terdapat belang kuning melingkar. Harimau pada umumnya, tidak ada belang seperti itu. Belang harimau hanya garis-garis saja, tapi ini ada lingkaran di kakinya,” tutur Haryono.
Staf Komunikasi WWF Riau, Syamsidar mengatakan, dari sisi aspek kearifan lokal, bahwa mitos tentang harimau diyakini ada dan dipercayai oleh masyarakat sebagai sesuatu yang sakral.
“Dalam tradisi masyarakat Talang Mamak misalnya. Bahwa mereka mempercayai tentang kesakralan keberadaan harimau. Bahkan saat berhubungan dengan makhluk ini perlu dilakukan ritual khusus,” katanya.
“Kami sangat menghargai dan menghormati sikap mereka. Dengan begitu masyarakat itu terus berusaha menjaga habitat harimau agar dia tidak menganggu manusia,” sambung Syamsidar. (bpc3)