BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – Kebijakan pemerintah untuk membatasi penjualan BBM bersubsidi jenis solar bersubsidi di SPBU dari jam 08.00 hingga 18.00 WIB dikhawatirkan memicu kenaikan harga sembako.
Terlebih lagi karena Pekanbaru sangat bergantung terhadap provinsi tetangga dalam menyuplai sayur mayur maupun daging.
Kekhawatiran ini disampaikan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) El Sabrina melalui Kepala Bidang Perdagangan, Masirba H Sulaiman. Kepada bertuahpos.com, Kamis (07/08/2014), dirinya
menyebutkan kebijakan tersebut akan berdampak terhadap harga sembako di Pekanbaru.
“Kita khawatir memang pengendalian solar bersubsidi tersebut akan berdampak dengan kenaikan harga sembako,” ujarnya di ruang kerja.
Kekhawatiran ini tentunya beralasan, sebab untuk pasokan sembako terutama sayur mayur untuk Pekanbaru di sokong dari provinsi tetangga. Terdapat tiga pintu masuk sentra sayuran, antara lain Palembang-Jambi yang melewati lintas timur, Bukit Tinggi dan Sumatera Utara. Sehingga dengan adanya pembatasan pembelian BBM tersebut sangat berkemungkinan mempengaruhi harga sembako.
Sebut Irba dari hasil pantauannya di lapangan, beberapa komoditi sudah mengalami kenaikan seperti bahan masakan dan daging ayam. Diantaranya bawang merah Rp 24ribu perkilogram dari harga normal Rp 16ribu. Harga cabai rawit asal Bukit Tinggi naik Rp 8000 dan yang asal Medan naik Rp 4000.
Namun Irba menyebutkan untuk harga sayur tersebut bukan dikarenakan kebijakan pemerintah mengendalikan pembelian solar bersubsidi, melainkan karena pasokan yang berkurang.
“Untuk bawang merah dan cabe rawit distributor menyebutkan lebih karena stok di gudang yang kurang, ada untuk mengamankan stoknya mereka mesti memerlukan modal yang besar. Padahal modal sudah terpakai untuk memasok jelang lebaran lalu,” jelasnya.
Berbeda halnya dengan daging ayam potong yang juga mulai merangkak naik. Kini tercatat perkilogramnya daging ayam potong dihargai Rp 24ribu hingga Rp 26ribu, padahal harga sebelumnya hanya Rp 22ribu.
“Memang untuk daging ayam sendiri pihak penyalur menyebutkan ada dampak dari pembatasan jam pembelian solar bersubsidi. Kan biasanya mereka mendistribusikan pada malam hari. Kalau sekarang mereka menyalurkannya agak siang,” tuturnya. (riki)
Â