BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Baru saja Tanah Air berduka dengan erupsi Gunung Sinabung, kini Gunung Agung menyusul. Erupsi gunung ini, harus membuat warga di sekitar kaki gunung terus untuk selalu waspada.Â
Indonesia punya tanah yang subur, termasuk sisa letusan yang semulanya bencana, menjadi berkah bagi masyarat sekitar. Tanahnya menjadi begitu subur, sehingga memberi banyak penghidupan, tidak hanya hanya manusia, tapi tumbuhan dan hewan penghuni di sekitarnya.
Namun, perlu diketahui, bahwa Indonesia punya rentetan banyak sejarah soal letusan gunung merapi. Tuhan meletakkan Indonesia di atas 3 lempeng tektonik besar. Dan ini membuat banyak gunung yang masih aktif terus beraktivitas hingga terjadi letusan. Ini bukan fenomena baru.
Di balik itu semua ada sejumlah fakta sejarah menarik untuk ditelusuri. Ada 3 letusan gunung besar di Indonesia yang menggemparkan, yaitu gunung Krakatau, Tambora, dan Merapi.
Memusnahkan 4 kerajaan di Pulau Sumbawa. Letusan Gunung Tambora terjadi sekitar tahun 1815. Ini salah satu bencana alam terdahsyat, bahkan ditempatkan pada level 7 dari 8 dalam indeks letusan gunung berapi (VEI). Dikutip dari buku Kerajaan Tradisional di Indonesia, tulisan Susanto Zuhdi dan Triana Wulandari, ada 10.000 orang mati, 37.825 mati karena sakit dan kelaparan, dan 36.275 mengungsi ke pulau lain.
Bahkan 4 kerajaan di Pulau Sumbawa musnah. Kerajaan tersebut antara lain kerajaan Dompo, Tambora, Sanggar, dan Papekat. Hanya tersisa 2 kerajaan saja, yaitu Sumbawa di sisi barat dan Bima di sisi timur.
2. Bergesernya pola hidup dari agraris ke non-agraris masyarakat Jawa Tengah
Masyarakat Jawa Tengah dalam sejarahnya dikenal sebagai masyarakat agraris.Â
Pemerintahan Sultan Agung semasa kerajaan Mataram berhasil menggeser corak hidup masyarakat Jawa Tengah dari masyarakat pedagang menjadi masyarakat agraris. Alasan kekuasaan adalah fakta tak terelakan mengapa banyak masyarakat dialihkan ke aktivitas agraris.
Namun, tahun 2010 silam, meletusnya Gunung Merapi telah mengubah genealogi agraris masyarakat Jawa Tengah. Banjir lahar dingin akibat letusan Gunung Merapi mengubur beberapa permukiman di Jawa Tengah.
Siti Sehat Tan dalam penelitiannya berjudul Dampak Erupsi Gunung Merapi terhadap Budaya Petani, total kerusakan lahan mencapai 269,4 hektare di kabupaten Magelang dan 2.270 hektare di Kabupaten Sleman.Â
3. Mendorong terjadinya pemberontakan petani di Banten 1888
Pada 1883 masyarakat di daerah Banten dan sekitarnya dilanda dahsyatnya letusan Gunung Krakatau. Letusan tersebut menewaskan sekitar 30 hingga 40 ribu jiwa.Â
Letusan Gunung Krakatau membawa kerugian material bagi masyarakat Banten yang tengah hidup di bawah kolonialisasi Belanda. Mereka hidup di bawah penerapan pajak oleh pemerintah Belanda yang membebani hidup masyarakat Banten yang mayoritas melakukan aktivitas agraris.
Sartono Kartodirdjo dalam bukunya berjudul Pemberontakan Petani Banten 1888. Wabah penyakit ternak dan wabah demam, serta kelaparan yang diakibatkannya, mendera, dan letusan Gunung Krakatau yang menyusul, telah menjadi pukulan hebat bagi penduduk. Letusan gunung Krakatau juga menyebabkan luas tanah yang digarap untuk pertanian menjadi berkurang, terutama di bagian barat Caringin dan Anyer.
(bpc3/sumber:kumparan.com)