BERTUAHPOS.COM, PAYAKUMBUH – Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh bersama dengan Kalaweit Sumatera, Rabu (22/11/2017) mengevakuasi “Fatar” seekor hewan jenis Siamang Jantan berusia 8 tahun warna hitam.
“Fatar” yang sudah jinak karena dipelihara oleh salah seorang warga Kelurahan Tiakar Payobasuang, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kota Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat, dengan mudah dievakuasi.Â
Namun, sejak beberapa bulan belakangan, orang yang biasa merawat “Fatar” sudah pergi meninggalkan “Fatar” dengan kondisi seadanya. Sehingga dikhawatirkan semakin hari “Fatar” semakin tak terawat. Maka masyarakat sekitar memberitahu BKSDA Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh.Â
“Kita mendapat informasi dari masyarakat, dimana ada seekor hewan jenis Siamang hitam ditinggalkan pemiliknya sehingga kondisinya tidak terawat. Maka kita lansung melakukan pengecekan dan benar, kemudian kita bekerjasama dengan Lembaga Konservasi Kalaweit dan dilakukan evakuasi tadi,” sebut Kepala Resort BKSDA Limapuluh Kota dan Payakumbuh, Martias disela-sela evakuasi disebuah kandang ternak masyarakat setempat bersama Manager Kalaweit Sumbar, Â Asferi Ardianto dibantu anggota Andre, David dan Robi.Â
Saat dievakuasi masuk dalam kandang untuk dibawa ke Lembaga Konservasi Kalaweit Sumatera di Nagari Supayang, Kecamatan Payuang Sakali, Kabupaten Solok, Sumbar, Â “Fatar” diberi makan Pisang dan buah-buahan. Dari kondisi fisiknya, “Fatar” memang tampak mulai tidak terawat sejak ditinggalkan pemiliknya.
“Siamang peliharaan masyarakat seperti ini butuh waktu latihan agar bisa hidup dialami liar. Maka kita akan cek dulu kesehatannya, kemudian kita akan latih untuk hidup liar dan dicarikan dulu pasangannya sebelum dilepas Kealam liar,” sebut Manager Kalaweit Sumbar, Asferi Ardianto.Â
Disampaikannya, saat dilepaskan kealam liar, Siamang ini harus sudah bisa memanjat pohon dan hidup bergantungan di pohon, karena pohon adalah tempat tinggalnya. “Saat dilepas Siamang ini sudah bisa hidup di pohon, kalau masih hidup di dasar hutan maka dikhawatirkan rentan penyakit dan predator lainnya. Kemudian juga nanti saat dilepas kita carikan tempat hutan yang tidak ada Siamang dilokasi itu, agar tidak berkelahi,” tambah David. (bpc15)