BERTUAHPOS.COM, PEKANBARU – “Bekerja itu ibadah, meski ditempatkan dimana saja. Kalau niatnya ibadah akan terasa nikmat,” itulah prinsip Kepala Kantor Pos Pekanbaru, Slamet Ariadi.
Kepada bertuahpos.com dirinya menceritakan terkadang apa yang kita inginkan bisa jauh dari bayangan.
“Dulunya, saya bercita-cita masuk Akabri, tapi gagal ditahun 1985, “kisahnya ayah dari dua orang anak ini. Akhirnya untuk menyambung hidup maka Slamet muda berkerja di salah satu Showroom mobil yang ada di Jakarta.
Akhirnya untuk mengubah nasib, dirinya memasukkan lamaran di banyak perusahaan. “Daftar-daftar melamar kerja, pernah mengantarkan lamaran kerja di Kantor Telkom, Bank Pembangunan Daerah (BPD), Jadi satpam bank, serta PT Pos,” sebut pria kelahiran Jepara, 2 Februari 1967 ini.
Usai melewati rangkaian seleksi, kemudian dirinya diterima menjadi pegawai BPD, Satpam, dan PT Pos. “Nah saya pilih Pos saat itu karena BPD gajinya masih kecil, dan kalau satpam masih kurang keren lah,” selorohnya.
Awalnya bertugas ditempatkan di kantor Pos Pati, Jawa Tengah. Tiga tahun selanjutnya mengikuti pendidikan menengah pos di bandung, Ï‘an ditempatkan di Tuban, Jawa Timur sampai dengan 1997.
Selanjutnya mengikuti Pendidikan tingi Pos di Bandung, setelah lulus pada 2001 ditempatkan di Kudus, Jawa tengah.
Setahun kemudian pindah ke Kanwil 6, Semarang. Pada Agustus pindah ke Purworejo hingga Juli 2013. Baru selanjutnya pindah ke Pekanbaru. Meskipun kerap berpindah-pindah Slamet tidak menjadikannya beban. Bahkan dirinya mengaku malah menikmati dengan adaptasi didaerah baru.
“Setiap Mutasi pasti menarik, karena selalu berhadapan dengan lingkungan baru dan orang-orang baru dengan berbagai karakter dan budaya,” sebutnya.
Meski pernah bercita-cita menjadi lulusan Akabri, namun Slamet Ariadi terkesan bukan orang yang otoriter. “Saya memakai konsep managemen terbuka. Jadi demokratis dalam koridor aturan-aturan perusahaan.”
Dirinya tak begitu merisaukan dengan konsep kepemimpinan dirinya bakal mendapat banyak kritikan. “Makin banyak kritikan makin bagus kok, malah kita bisa benahi semua lini yang lemah dan selama ini tak tersentuh pimpinan sebelumnya,” tuturnya.
Bicara tentang cita-citanya yang tak kesampaian, bagi Slamet itu menjadi suatu pelajaran yang berharga.
“Kalau menurut saya, jika bukan keahlian kita berarti tuhan percaya kepada kita melalui atasan kita untuk kita bisa belajar. Bekerja itu ibadah, ditempatkan dimana saja. Kalau niatnya ibadah akan terasa nikmat,” pesannya. (riki)
Â