BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Tahun 2014 menjadi catatan kelam dalam sejarah Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Riau. Asap mengepung hampir di seluruh wilayah Riau, sebab hampir semua dari 12 kabupaten dan kota di Riau terbakar. Di tahun itu menjadi tahun pertama dilantiknya Annas Maamun dan Arsyadjuliandi Rachman sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Riau.Â
Berdasarkan data yang berhasil dirangkum dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau. Tahun 2014 menyumbang luasan lahan terbanyak yang hangus terbakar sepanjang kurun waktu empat tahun terakhir, yakni seluas 22.037 hektare.
Ekonomi Riau anjlok. Total kerugian diperkirakan hingga Rp 20 triliun. Kerugian tersebut dihitung dari besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riau yang karena bencana asap telah mengganggu aktivitas perputaran ekonomi dan uang sekitar 30% (tidak termasuk kerugian kerusakan lingkungan hidup. Sumber: Kantor berita-antara).
Tahun 2015, BPBD Riau mencatat asap kembali lagi meski jumlah luasan lahan terbakar di Riau menurun menjadi 5.595,5 hektare dari 22.037 hektare di tahun 2014. Sialnya, hampir seluruh wilayah di Indonesia terbakar bahkan hingga Papua. Sejak itu Karhutla menjadi isu sentral dibahas di kancah nasional hingga internasional.Â
“Provinsi tetangga kita juga mengalami musibah sama. Karena Riau berada di wilayah pembelokan arah angin, makanya asap banyak menumpuk di kita,” kata Kepala BPBD Riau Edwar Sanger kepada bertuahpos.com, Jumat (27/10/2017).Â
Gejolak sosial mencuat. Semua sektor terdampak, terutama ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Asap 2015 menimbulkan korban meninggal dunia. Dalam catatan Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) ada lima korban meninggal dunia dan 97 ribu jiwa terdampak ISPA. Diperkirakan kerugian ekonomi mencapai Rp 221 triliun. (sumber data: Jikalahari).Â
Baca:Â BPBD: TNTN Itu Terbakar Hampir Setiap Tahun
Tahun 2016 BPBD Riau mencatat terjadi penurunan signifikan luasan lahan di Riau yang terbakar. Dari total 5.595,5 hektare tahun 2015, turun menjadi 2.348,65 hektare. “Bisa dilihat semua kan, asap 2016 tidak lagi sepekat 2014 dan 2015,” kata Edwar.Â
Di tahun ini Pemprov Riau mengambil langkah cepat dengan segera menetapkan status siaga Karhutla menjelang pertengahan tahun. Tim Satgas Karhutla yang dibentuk berjibaku turun ke lahan terbakar untuk melakukan pencegahan dan pemadaman api. Ada maklumat muncul. Ada regulasi dan aturan. Ada sanksi yang diberikan baik perorangan maupun perusahaan. Ada intervensi kuat kepada semua pihak, sehingga Karhutla kian terkendali.Â
Barulah di Tahun 2017, upaya penekanan luasan lahan yang terbakar mulai membuahkan hasil meski alam masih belum bersahabat. Cuaca panas di Riau begitu mengkhawatirkan semua pihak soal asap dan Karhutla. Sepanjang Januari hingga Oktober 2017 BPBD Riau mencatat ada seluas 1.326,27 hektare lahan yang terbakar. “Kami berani menyatakan penurunan luasan lahan terbakar sampai 80%,” tambah Edwar.Â
Sepanjang 2017 ini hanya tiga wilayah di Riau yang menyumbang besar terhadap luasan lahan terbakar. Ketiga wilayah itu yakni, Inhu dengan luasan 453 hektare, Rohil 384 hektare luas lahan terbakar, dan Kepulauan Meranti dengan 236 hektare luas lahan terbakar.Â
“Saya yakin semua berharap kondisi Riau tidak seperti tahun 2014 dan 2015. Sudah cukup kita merasakan kondisi itu. Pembenahan ini bukan hanya dari Pemprov Riau, tapi semua elemen termasuk TNI – Polri, bahkan masyarakat ikut berbenah dan sadar. Mengubur bencana asap dan Karhutla merupakan tujuan semua orang,” sambungnya. (bpc3)