BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Siapapun yang pernah ke ATM BNI Jalan Jendral Sudirman pasti pernah melihat seorang bocah duduk di samping pintu masuk mesin anjungan tunai itu. Bocah itu biasanya mengenakan kaos dan celana pendek dominasi warna merah. Dia memegang koran. Duduk diam tanpa bicara sedikitpun.
Bocah itu bernama Raihan. Usianya 10 tahun. Dia anak ke 4 dari 5 bersaudara. Selain mengurusi rumah tangga, ibunya menjual gorengan. Sedangkan ayahnya mencari uang dengan mengumpulkan kara-kara (plastik bekas).
Tanggal 3 Agustus 2017, sekitar pukul 20.15 WIB, seperti malam lainnya, Raihan duduk di samping pintu ATM itu dengan bersila. Di atas pungkasnya tersusun 5 lembar koran.
Cara Raihan menjual koran berbeda jauh dengan kebayakan orang. Dia bahkan tidak menyapa siapapun. Melainkan hanya duduk, diam. Untuk satu koran harganya Rp 3.500. Kalau habis 5 korang dia bawa pulang uang sebanyak Rp 17.000.
Kepada bertuahpos.com dia bercerita bahwa uang hasil jual 5 buah korannya itu untuk bayar LKS di sekolahnya, di SD 139 Jalan Cendrawasih. Total semua LKS yang harus dia bayarkan yakni Rp 87.000.
Hampir setiap malam dia berjalan kaki dari rumahnya di Jalan Pinang menuju halan Bank BNI, kemudian duduk bersila di depan pintu masuk ATM. Wajahnya sudah tak asing bagi siapa saja yang sering melakukan transaksi di ATM itu.
“Uangnya untuk bayar LKS. Dikumpulkan dulu. Kalau sudah cukup baru dibayarkan ke sekolah,” ujarnya saat berbincang dengan bertuahpos.com malam itu.
Dia sengaja tidak membawa lebih dari 5 buah koran, supaya tidak membutuhkan waktu lama. Pukul 21.00 WIB dia harus pulang. Sebab esoknya dia harus bangun pagi dan berangkat ke sekolah.
“Kadang habis, kadang-kadang juga enggak. Tapi tetap jam sembilan malam sudah harus pulang,” tambahnya.
Raihan hanya gambaran kecil dari lirik lagu “Sore Tugu Pancoran” yang dipopulerkan oleh Iwan Fals. Tidak sedikit anak-anak kurang mampu harus menghabiskan waktu istirahat mereka untuk bekerja. Di era modern seperti ini, pemandangan anak seperti Raihan malah kian banyak.
Tidak ada yang salah, memang. Tapi sepantasnya pemerintah bisa melihat bahwa anak seusia Raihan, seharusnya di rumah mengisi PR dan mengulang pelajaran di malam hari, sebab esoknya mereka sekolah. Bukan malah duduk di teras ATM menjajakan koran. (bpc3)