BERTUAHPOS.COM (BPC), NTB – Majelis Ulama Nusa Tenggara Barat menyebut, terdapat tiga pondok pesantren (ponpes) di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang mengajarkan paham radikal. Mereka mengamalkan ajaran jihad yang salah, dengan membunuh orang di luar mereka.
Ponpes yang mengajarkan paham seperti itu berada di Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Ponpes itu adalah Abu Bakar As Siddiq, Almadinah dan Usman bin Affan.
“Radikal ini mengajak bukan seperti pondok pesantren yang mengajarkan tentang pelajaran agama. Tetapi mengajak ke pemahaman jihad. Menurut mereka, jihad itu membunuh orang dan setiap orang di luar mereka itu kafir dan itu harus dibunuh. Tapi yang tiga ini belum mengarah untuk melakukan teror,” kata Ketua MUI NTB, Saiful Muslim di kantor MUI NTB.
Menurut Saiful, sebelumnya di Kelurahan Penatoi di Kota Bima juga pernah ada pondok pesantren yang mengajarkan ajaran radikal yang mengarah kepada aksi teror. Ponpes itu bernama Umar bin Khatab (UBK). Dulu sering melakukan latihan semi militer dan mendoktrin santrinya untuk melakukan jihad. Sebab mereka menganggap pemerintah sebagai thogut.
Di bulan Juli 2011 lalu, di pesantren ini pernah terjadi ledakan. Itu berasal dari bom yang diuji-coba pengasuh ponpes dan santrinya. Ledakan itu menewaskan satu orang. Bom itu akan digunakan untuk menyerang polsek-polsek terdekat.
Santri ponpes ini juga ada yang ditetapkan sebagai tersangka. Mereka membunuh anggota polisi di Polsek Bolo Kabupaten Bima. Itu karena santri ini menganggap polisi itu memata-matai ponpesnya.
“Kami bersama-sama dengan stakeholder di NTB, yakni Kapolda, Kabinda, Kebangpol dan Korem sering turun dan datangi ponpes UBK itu. Awalnya mereka sangat tertutup. Namun akhirnya lama-lama ada perubahan dan menjadi lebih terbuka. Sekarang sudah normal dan berganti nama menjadi Madani,” katanya.
Untuk mengantisipasi agar ideologi radikal di UBK tidak terulang, penyuluhan kontra radikal akan terus-menerus dilakukan di tiga pesantren Abu Bakar As Siddiq, Almadinah dan Usman bin Affan.
“Kita datangi terus ponpes itu agar mereka paham, bahwa dia adalah bagian dari negara ini. Dia harus berbuat apa untuk negaranya. Kira-kira seperti itu,” ujarnya. (jss)