BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Lusa Hari Kartini. Tepatnya tanggal 21 April 2017. Setiap tahun peringatan Hari Kartini diperingati dengan berbagai acara. Terutama even yang berkaitan dengan emansipasi atau kesetaraan gender, antara wanita dan pria. Kenapa emansipasi?
Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Dia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir
Dulu, Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, dia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.
Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat.
Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali.
Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Dari sinilah perjuangannya dimulai.
Sosok Kartini kini menjadi simbol kesetaraan wanita dalam segi apapun. Begitu melegenda. Peringatan Hari Kartini pada 21 April biasanya dilaksanakan dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wanita.
Setiap tahun diperingati, realitas yang terjadi saat ini masih banyak kekerasan yang dialami kaum wanita. Peringatan hari kartini seolah menjadi ritual seremoni saja. Belum banyak orang betul-betul meresapi perjuangan Kartini. Semoga tindak kekerasan itu musnah, dan harapan Kartini terwujud di era gobal ini. (bpc3)