BERTUAHPOS.COM, LIMAPULUH KOTA – Dipiloti Mayor Pnb Kholiq, Helikopter AW 139 dengan nomor lambung 1301 milik Basarnas terbang menuju Kecamatan Kapur IX sekitar Pukul 11.05 WIB dari Helliped GOR Singa Harau, membawa bantuan.
Ikut dalam Rombongan Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi, kemudian dari Basarnas, BNPB, Komandan Satgas Tanggap Darurat, Dansat Brimob dan rekan-rekan media.
Bantuan akan disalurkan kepada masyarakat terdampak banjir di empat nagari di Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Limapuluh Kota, Propinsi Sumatera Barat. Diantaranya, Nagari Galuguah, Maek, Koto Lamo, dan Tanjung Jajaran.
Empat nagari itu sejak banjir Jumat (3/3/2017), belum bisa diakses. Mengingat jalan menuju Galuguah, Maek dan Koto Lamo putus. Meski tim tanggap darurat sudah mencoba masuk dengan menggunakan motor tetapi bantuan hanya sedikit bisa didistribusikan.
Baca: Korban Banjir Dibantu Rp50 Ribu Setiap Hari
Disamping jalan putus, kondisi jalan menuju empat nagari itu berlumpur. Sehingga kendaraan yang mencoba menembus masuk terjebak di tengah genangan lumpur sedalam lutut orang dewasa.
Namun alat berat sejak Senin, sudah masuk untuk memperbaiki jalan menuju Kito Lamo. “Kemarin sudah masuk 1 alat berat, sedangkan jalan lainnya tidak bisa diakses, terutama menuju Galuguah, kini ribuan masyarakat terisolasi, dan terancam kelaparan,” sebut Camat Kapur IX, Andri Yasmen.
Memang, Nagari Galuguah merupakan daerah terjauh di Kabupaten Limapuluh Kota. Akses jalan menuju nagari itu dari ibu kota Kecamatan Kapur IX sepanjang 25 km. Parahnya bila hujan 2 jam saja, maka jalan tanah sepanjang 25 km itu ditempuh selama setengah hari.
“Kalau sudah hujan dua jam saja, itu jalan hanya bisa dilalui kendaraan dable gardan. Dan kita habiskan waktu setengah hari di sepanjang jalan,” sebut Walinagari Galuguah, Syakban kepada awak media.
Nagari yang berbatasan langsung dengan Rokan Hulu, Propinsi Riau itu, memang sejak lama belum “merdeka” dari pembangunan infrastruktur jalan, penerangan dan sinyal handphone.
“Kami baru merdeka dari melawan penjajah, tapi belum merdeka dari penerangan, akses jalan dan sinyal handphone. Jadi kalau sudah begini, tentu masyarakat kami kesulitan untuk mendapatkan kesehatan, pendidikan dan keperluan harian,” jelasnya berharap agar akses jalan menuju nagari diperbatasan itu mendapat perhatian serius dari pemerintah. (khatik)