BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Potensi bisnis kuliner di Kota Pekanbaru bak jamur di musim hujan. Apa saja jenis usahanya, selalu laris dan mendapat perhatian penggila makanan di kota ini.
Semakin banyak bermunculan bisnis ini, semakin banyak saingan. Namun tetap saja tidak ada rasa takut ‘merugi’ atau beralih kepada jenis usaha lain. Percaya atau tidak istilah ‘penglaris’ mungkin sudah menjadi rahasia umum merambah ke dalam jenis usaha satu ini.
Namun ditengah perang ‘penglaris’ antara pebinis kuliner di Pekanbaru memunculkan banyak persepsi. Hal seperti ini memang kuat dihubungkan dengan hal mistik. Meski banyak yang percaya dan tidak.
Seperti yang diuangkapkan oleh salah satu owner kafe di Pekanbaru. “Saya percaya masih ada yang menggunakan cara seperti ini untuk pelaris sebuah usaha, untuk tarik pelanggan,” ujarnya kepada bertuahpos.com, Rabu (23/11/2016).
Dirinya mengaku punya pengalaman mengenai hal ini, ketika suatu hari dia pergi ke sebuah tempat makan. Ketika mencicip makanan di tempat itu malah tidak terasa sama sekali. Dan suasana di tempat itu membuatnya merasa tidak nyaman.
” Zaman semakin canggih membuat seseorang semakin berkurang keimanannya. Dan mereka akan melakukan hal-hal yang sudah bertolak dengan akidah dan keimanan,” katanya.
Sementara itu, pandangan berbeda diutarakan owner cafe lainnya. “Saya tidak percaya dengan yang begituan,” ujarnya.
Ia melihat, meski hal seperti itu menjadi kepercayaan sebagian orang, dia malah melihat hal itu sama sekali tidak memberi pengaruh, bahkan akan menimbulkan hal yang mudorat dalam menjalankan usaha.
Dia lebih percaya dengan usaha keras akan membuahkan hasil yang baik. “Usaha yang rajin, doa yang banyak. Itu penglaris yang paling ampuh menurut saya. Kalau kepada benda untuk penglaris, saya sama sekali tidak percaya. Kalau belum ada rezeki, berarti usaha saya belum keras jadi hasilnya juga belum dapat yang maksimal,” sambungnya.
Baginya, bisnis kuliner menggunakan penglaris adalah tabu, namun demikian dia tidak pungkiri masih ada yang menggunakan hal tersebut sebagai kepercayaan dalam usaha tempat makannya.
Penulis: Dilla