BERTUAHPOS.COM (BPC), BUKITTINGGI – Meski status Ahok, sudah jadi tersangka dalam kasus dugaan penghinaan terhadap ayat 51 surat Al-Maidah, namun proses hukum bakal dikawal hingga tuntas.
Bahkan untuk mengawal proses hukum itu, sudah beredar diberbagai media sosial akan ada aksi besar 2511. Jika benar, bisa dipastikan ratusan ribu umat akan kembali mengepung ibu kota Jakarta, serta berbagai daerah dipenjuru nusantara, tidak terkecuali di Kota Bukittinggi, Propinsi Sumatera Barat.
Perkumpulan elemen masyarakat dari berbagai organisasi baik itu KNPI, organisasi mahasiswa HMI, IMM, PII, PMII, BKPRMI, hingga organisasi pecinta alam Himalaya, siap turun kejalan untuk apel siaga kawal kasus Ahok, di Bukittinggi.
“Kita sepakat akan mengawal kasus Ahok, dugaan penistaan Agama. Kita akan melakukan apel siaga yang Insya Allah akan ada sekitar 5000 masa yang menamakan pemuda Islam Bukittinggi. Ini bentuk aksi protes sekaligus bentuk eksistensi kita dalam membela panji-panji Islam,” sebut senior HMI Bukittinggi, Rio, diamini ketua IMM, Â PII, PMII, Â BKPRMI, KNPI, dan Himalaya, Rabu (16/11/2016) malam di Bukittinggi usai diskusi “Kawal Kasus Ahok”.
Tampak hadir dalam diskusi lepas itu sekaligus bertindak sebagai moderator Ketua KNPI Kota Bukittinggi, David Kasidi, wakil Ketua KNPI bidang OKK, Bosmartin, Edison Nimli, serta pembina Himalaya Hendra.
Mantan Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Syeh M.Djamil Djambek Bukittinggi, DR.Ismail Novel, jadi narasumber diskusi hangat malam itu.
Ketua KNPI Bukittinggi, David Kasidi, menilai jika sikap peka organisasi mahasiswa di Bukittinggi menyikapi kasus Ahok, tidak terlihat.Terbukti, ketika aksi besar 411 se-Indinesia, tetapi di Bukittinggi tidak ada aksi sama sekali.
“Saya menyayangkan rasa peka merespon berbagai persoalan bangsa dari berbagai organisasi mahasiswa di Bukittingi, sudah hilang. Mereka tidak mengapa ngapain, diam melihat. Untuk itu, meski Ahok, sudah tersangka dan dengan begitu statusnya dari penyelidikan ditingkatkan jadi penyidikan harus dikawal bersama,” sebut pentolan aktivis pergerakan 98 itu mempertanyakan eksistensi organisasi mahasiswa di Bukittinggi.
DR Ismail Novel, dalam pemaparannya melihat jika aksi kaum intelektual itu disamping melakukan. Kajian keilmuan dan memberikan tanggapan terhadap berbagai madalah bisa dilakukan. Tetapi, mantan  aktivis IMM itu tidak melihat berbagai bentuk kajian akademik mahasiswa Bukittinggi dalam menyikapi kasus dugaan penistaan Agama oleh Gubernur Ninaktif DKI Jakarta, saudara Ahok.
“Saya tidak melihat aksi intelektual kajian akademik itu yang dirilis dimedia sosial dan sebagainya oleh adik-adik mahasiswa Bukittinggi. Kemudian juga tidak saya lihat aksi kedua dalam bentuk tutun kejalan,” jelasnya.
Dia juga melihat mahasiswa harus bisa melihat persoalan secara luas. “Melihat satu masalah itu harus luas. Dengan berbagai kajian tentunya sehingga diperoleh informasi sesungguhnya apa yang terjadi,” pintanya mengajak mahasiswa berwawasan luas.Â
Penulis: Khatik