BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Provinsi Riau masih mengandalkan produk bawang impor dari Malaysia dan Thailand untuk memenuhi kebutuhan lokal. Akibatnya, Riau menjadi salah satu daerah tujuan masuknya bawang ilegal dengan jumlah ratusan ribu ton.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau, Muhammad Firdaus kepada bertuahpos.com, Kamis (25/08/2016). “Regulasi bawang impor di Riau untuk tata niaganya perlu diatur lagi. Buktinya masih banyak masuk bawang ilegal ke Riau,” ujarnya.
Dia menambahkan, harga bawang lokal jika dibanding dengan harga bawang impor, memang lebih tinggi. Namun secara kualitas, sebagian besar masyarakat lebih memilih bawang lokal untuk menjadi bahan konsumsi rumah tangga.
“Masalah kualitas hanya soal rasa saja sebenarnya. Karena masyarakat kita sudah terbiasa dengan bawang lokal, makanya bawang lokal lebih banyak peminat. Kalau harga, bawang impor bahkan jauh lebih murah,” kata Firdaus.
Pihaknya sudah pernah melakukan komunikasi dengan Bea Cukai terkait pemusnahaan bawang ilegal yang masuk ke Riau. Arah pembicaraan mereka lobi-lobi agar bawang ilegal yang berhasil ditangkap pihak pelabuhan, tidak dimusnahkan. Melainkan dilelang saja untuk kebutuhan pasar.
Dalam aturannya, kata Firdaus, proses lelang biasanya baru bisa dilakukan setelah dua minggu pasca penangkapan. Karena komoditi ini dianggap salah satu jenis kebutuhan yang tidak bisa bertahan lama, maka harus dimusnahkan. “Kalau dibiarkan sampai dua minggu, busuk dia, tak ada juga yang mau beli jadinya,” ujarnya.
Sementara itu, untuk dimasukkannya bawang ilegal ke pasar tradisional juga sangat berkiatan erat dengan kelayakan konsumsi masyarakat terhadap bawang. Masuknya bawang impor harus melewati tahapan karantina.
Sejauh ini, untuk perusahaan lokal sendiri yang menampung bawang impor belum ada. Namun demikian pemerintah tidak pernah membatasi jika ada perusagaan lokal yang akan menggarap bagian ini.
Soal pembagian berapa jumlah yang harus ditampung, hal itu sangat berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah tentang jumlah. Jangan sampai jumlah bawang yang diimpor akan mengganggu ke stabilan harga bawang dari petani lokal.
Penulis: Melba