BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Deretan antrean kendaraan dengan teriakan klakson, terlihat hingga ke depan Pasar Cik Puan, Jalan Tuanku Tambusai, tepatnya tidak jauh dari pertigaan pusat perbelanjaan Plaza Citra, atau di pertigaan Jalan Pepaya, Pekanbaru. Sekitar pukul 24.00, Sabtu malam, ruas jalan di bagian itu mengecil.
Semakin malam, aktifitas di tempat ini malah semakin ramai. Separuh jalan raya digunakan pedagang untuk menggelar jualannya. Mobil pickup pengangkut kebutuhan rumah tangga itu merapat dan berhenti di sini. Mereka melakukan transaksi. Aktifitas ini bahkan berlangsung hingga pukul 03.00 pagi.
Antrean kendaraan di jalan raya sepertinya sudah menjadi pemandangan biasa. Para pengemudi sepertinya sudah maklum. “Di tempat ini setiap Malam selalu padat. Apalagi menjelang tengah malam,” kata Santi, seorang pengendara sepeda motor yang beranjak ingin pulang kerumahnya di jalan Hang Tuah Pekanbaru, usai malam Minggu, bersama rekan kerjanya.
Hampir setiap malam dia menyaksikan pemandangan yang sama. Kata Ujang, seorang pedagang warung harian yang bermukim di lokasi itu, aktifitas para pedagang ini bahkan sudah dimulai sejak pukul 22.00 malam.
Sebagian besar mobil pengangkut barang yang merapat ke sisi jalan adalah mereka yang datang dari provinsi tetangga Sumatra Barat. Mobil-mobil ini mengangkut bermacam jenis sayur dan kebutuhan rumah tangga, untuk dijual secara grosir. Pembelinya adalah Masyarakat Pekanbaru yang melakoni pekerjaan sama. “Harga jual sembako, istilahnya grosir seperti ini jauh lebih murah. Pedagang yang akan berjualan besok sudah siap-siap memborong,” kata Anum, salah seorang penjual.
Sejak pukul 23.00 malam, hingga pagi hari, aktifitas dagang di sini tidak pernah berhenti. Anum dan suaminya membawa satu pickup dengan beragam jenis sayur-sayuran untuk dijual. Tidak perlu khawatir soal pelanggan. Ada saja pembeli yang akan menawar barang dagangannya. Dalam semalam dia bisa mengantongi paling sedikit Rp 4 juta sampai Rp 6 juta untuk dibawa pulang setelah aktifitas jualannya usai. “Paling kalau tidak habis, sisa-sisa sedikit,” sambungnya.
Kepada bertuahpos.com, Jay, mengaku menghabiskan uang lebih kurang Rp 500 ribu setiap malamnya. Uang itu dia belikan cabai, wortel, tomat, dan beberapa jenis sayur-sayuran. Nanti, sekitar pukul 04.00 pagi, giliran Jay yang menggelar lapak di depan pasar Cik apuan Pekanbaru. Saat matahari mulai terbit para ibu rumah tangga berbondong-bondong menghampiri daganganya, untuk membeli kebutuhan rumah tangga.
Ada puluhan pedagang yang menggelar lapaknya pada malam hari di pinggiran jalan ini. Jika penghasilan mereka rata-rata Rp 10 juta dalam semalam, artinya ada ratusan juta uang bergulir di tempat ini setiap lamanya. Tumpukan bawang, cabai, kentang, dan beragam jenis sayuran lainnya sangat banyak. Bahkan berkarung-karung. Untuk bawang saja misalnya, jarang sekali ada pedagang yang menjualnya secara eceran.
Meski berada di pinggir jalan protokol, tempat ini seperti pusat perbelanjaan yang menjual secara grosir kebutuhan sembako masyarakat. Dari sinilah biasanya sembako didistribusikan ke pasar. “Hanya masalah tempat,”ujar Salimin. “Di Pekanbaru belum ada pasar induk, makanya aktifitas jual beli dilakukan di pinggir jalan.”
Melihat pemandangan sekilas aktifitas perdagangan ini, membuktikan bahwa sesungguhnya, Kota Pekanbaru punya potensi dan peluang besar untuk mengembangkan bisnis seperti ini. Pemerintah harusnya melihat puang ini sebagai salah satu lumbung pendapatan masyarakat. Sayangnya belum terkelola secara baik. Padahal, sangat dekat dari tempat itu, ada sebuah kerangka bangunan beton lantai tiga, yang sudah lama terbengkalai.
Setelah miliaran dana pemerintah tersumbat dalam pondasi bangunan ini, polemik kepentingan soal klaim tanah antara Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kota Pekanbaru harus membuat gedung itu berkarat. Bahkan hingga kini belum ada solusi kongkrit terhadap penyelesainnya. “Bisa saja di situ dijadikan tempat untuk berdagang,” ujar Salimin. Namun sepertinya hal itu masih jauh dari harapan.
Disaat pagi hari, para pedagang ini akan mengemas sisa jualan mereka yang tidak laku, lalu beranjak pulang. Tapi tidak jauh dari tempat itu, pasar Cik Puan kembali dibuka. Aktifitas jual beli kembali ramai. Para pedagang yang tidak punya kios tetap memlnggelar barang dagangannya di halaman parkir pasar. Dari pukul 04.00 pagi, para pedagang ini hanya berjualan sampai pukul 09.00. Petugas berseragam dinas dari Dinas Pasar turun untuk mensterilkan lokasi. Dagangan harus ditutup. Demikianlah, sekelumit gambaran aktifitas pedagang di tempat ini. Walau sesederhana itu, di sini telah terjadi transaksi dengan perputaran uang ratusan juta rupiah setiap malamnya.
Penulis: Melba