BERTUAHPOS.COM (BPC) – Kementerian Pertanian (Kementan) tengah berupaya dalam menyediakan pangan bergizi dan berimbang melalui peningkatan produksi unggas, khususnya ayam dan telur, sebagai sumber protein hewani disamping pencapaian swasembada daging sapi.
Pada saat ini populasi ayam ras daging mencapai 3,3 miliar ekor dan ayam ras petelur 210,3 juta ekor. Sementara populasi ayam buras saat ini berjumlah 286,5 juta ekor.
Artinya, ketersediaan daging ayam dan telur sudah surplus melebihi kebutuhan konsumsi.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian (Kementan), Hari Priyono menyampaikan permasalahan pangan dihadapkan pada kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan, sehingga mengalami kendala dalam hal konekstivitas atau distribusi.
Akibatnya produk dari daerah sentra pertanian tidak bisa mengalir secara cepat ke pasar maupun sentra konsumen.
Oleh karena itu, solusi yang yang telah dilakukan pemerintah di antarannya tol laut kapal ternak dengan mengangkut sapi langsung dari peternak NTT ke pulau Jawa dan membangun Toko Tani Indonesia.
“Tol laut dan Toko Tani untuk memotong rantai pasok,” ujar Hari saat memberikan arahan dalam diskusi Kementan dan Kompas, dengan tema ‘Unggas Sebagai Sumber Protein’ di Jakarta, Kamis (4/8/2016).
Terkait industri perunggasan, Direktur Budidaya dan Perbibitan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Surahman, mengatakan produksi pangan hewan asal ternak saat ini ayam ras menyumbang 55 persen daging dan 71 persen telur.
Sedangkan ayam buras hanya menyumbang 11 persen daging dan 11persen telur.
“Kini dapat dikatakan, ayam ras menjadi suatu industri yang dilengkapi dengan industri pendukungnya yaitu pakan, bibit, obat-obatan dan industri pendukung lainnya. Untuk meningkatkan efisiensi ayam ras telah mengintegrasikan dari sejak hulu, budidaya, dan hilir,” kata Surahman.
Aturan Impor
Surahman menjelaskan kondisi perunggasan di 2016, salah satunya terjadi over supply produksi daging ayam yang disebabkan, impor Grand Parent Stock (GPS) yang berlebih di 2013 sampai 2014 karena over estimasi perhitungan permintaan.
Surahman menambahkan, Kementan terus melakukan pengawasan peredaran DOC sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
“Mengurangi impor bahan baku pakan secara bertahap untuk disubsitusi dari dalam negeri. Dan mendukung promosi mengkonsumsi ayam dan telur, mengubah persepsi masyarakat tentang sehatnya mengkonsumsi ayam,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia, Anton Supit menuturkan tantangan industri perunggasan saat ini ada pada kondisi harga pakan dan keseimbangan permintaan dan suplai.
Oleh sebab itu, pemerintah perlu mengatur dan tidak diserahkan ke mekanisme pasar.
Selain itu, Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia berharap agar pemerintah memperhatikan peternak rakyat dan harga jual ayam.
Selain itu ia berharap agar tidak terjadi lagi perang harga yang dapat membunuh peternak rakyat.
Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Desianto Budi Utomo, mengusulkan perlunya mengembangkan pola kemitraan budidaya jagung sebagai bahan baku industri pakan ternak.
“Pemerintah diharapkan memberikan dukungan regulasi, pinjaman lunak, garansi harga dan pembelian pabrik pakan serta perlunya dibangun infrastruktur agar sistem logistik lebih kondusif,” paparnya.
Selanjutnya, Pakar Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Rahmat Pambudy mengharapkan agar para pelaku usaha untuk intensif berkoordinasi memecahkan masalah secara tuntas.
Sementara menyorot pentingnya kandungan protein hewani, Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, Hardinsyah menyampaikan daging sapi bukan satu-satunya sumber protein yang hewani.
Masih ada protein dari ayam, bebek, putuh, kelinci, kambing dan berbagai jenis ikan yang kandunganya lebih tinggi dari sapi.
“Untuk itu, diperlukan peningkatan diversifikasi dan mutu konsumsi pangan. Berbagai hal yang perlu diperhatikan yakni suplai, sosial ekonomi, teknologi, keteladanan dan pembiasan makan sejak dini,” terangnya.
Sumber: kompas.com