BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU– Kendati memasuki semester kedua tahun 2016, Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre Riau dan Kepulauan Riau (Kepri) kesulitan menyerap beras produksi petani lokal. Selain faktor cuaca harga tawar dari petani yang begitu tinggi menjadi penyebabnya.
Hal itu disampaikan Kepala Kadivre Bulog Riau dan Kepri, Ali Ahmad Najih melalui Kabag Humas, Hendra Gunafi kepada kru bertuahpos.com. “Memang kita akui sulit mencapai target penyerapan beras dari petani lokal,” sebutnya.
Hendra katakan target yang ditetapkan pemerintah pada tahun ini untuk Bulog Divre Riau dan Kepri sepanjang tahun 2016 yakni 5 ribu ton. Sedangkan pencapaian masih dibawah 1000 ton. “Dari data terakhir kita penyerapan beras dari petani lokal sebanyak 777,7 ton. Masih jauh dari target 5000 ton selama tahun ini,” katanya.
Rendahnya penyerapan beras Riau mau pun Kepri ini membuat Bulog Divre Riau Kepri berada pada posisi 19 dari seluruh cabang Bulog se Indonesia pada Jumat (23/07/2016). “Karena untuk di wilayah seperti Jawa mereka sedang panen,” sebutnya.
Dijelaskan Hendra kendala utama pada minimnya penyerapan beras lokal ini, akibat tingginya harga beras yang dipatok oleh petani. “HET (Harga Eceran Tertinggi) yang sudah ditetapkan pemerintah untuk Bulog dalam membeli beras petani Rp 7.300 per kilogram. Sedangkan di Riau banyak petani yang menawarkan harga di atas itu. Kalau di atas HET kita tidak bisa,” sebutnya.
Selain harga tawar petani tinggi, Bulog juga mesti menghadapi persaingan dengan pihak swasta. Di mana para petani cenderung sudah menjual beras ke pihak swasta. “Terkadang yang kita jumpai saat Bulog mau beli beras hasil panen petani. Ternyata beras atau gabah tersebut sudah dibeli swasta, bahkan sebelum panen sudah di panjar (uang muka). Sehingga tidak mungkin kita bisa beli, karena nanti ribut,” katanya.
Di samping itu adanya alih fungsi lahan ke Sawit juga membuat Bulog kewalahan menyerap sesuai target yagn ditetapkan. “Target 5000 ton itu prediksi dari pemerintah pusat. Ternyata di lapangan kita jumpai lahan untuk padi sudah banyak dialih fungsikan. Ditambah lagi karakter cuaca di Riau beragam, sehingga potensi gagal panen itu ada,” tuturnya. Apalagi mengingat Provinsi Riau bukan termasuk daerah sebagai lumbung padi. “Riau termasuk defisit untuk beras. Artinya beras dari petani masih belum mencukupi kebutuhan pasar lokal,” katanya. sehingga bergantung kepada daerah lain seperti sumatera Barat (Sumbar) atau Jawa.
Meski demikian pihaknya akan terus berupaya melakukan penyerapan. Di mana fungsi utama penyerapan sebagai upaya antisipasi anjloknya harga gabah atau beras sewaktu panen raya. “Makanya Bulog siap beli beras petani Rp 7.300 per kilogram supaya petani tidak rugi,” katanya.
Penulis: Riki