BERTUAHPOS.COM (BPC) – Sepeda motor jadi alat mobilitas populer dan lebih terjangkau, dibanding dengan mobil. Bahkan saat ini dimanfaatkan untuk berbisnis, seperti Gojek dan Grab Bike, walaupun bukan tergolong kendaraan umum.
Terlepas dari keuntungan-keuntungan menggunakannya, sepeda motor ternyata memiliki status sebagai kendaraan tunggal. Artinya akan ideal jika digunakan tanpa berboncengan.
Dalam beberapa kasus kecelakaan, pembonceng kerap menjadi korban luka berat dibanding pengemudinya, atau bahkan meninggal dunia. Ini artinya, kalau pembonceng sepeda motor punya resiko besar. Hal ini lantaran pembonceng tidak bisa mengantisipasi, dan tidak memiliki genggaman yang pas dan sempurna (kecuali memeluk pengemudi).
“Pembonceng sepeda motor lebih riskan terlontar, karena mereka tidak seperti si pengemudi yang berpegangan ke setang motor. Lebih dari itu, penumpang juga tidak mampu mengantisipasi kondisi yang akan terjadi, seperti pengemudi,†ujar Edo Rusyanto, Koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman) kepada KompasOtomotif, Rabu (13/7/2016).
Edo memberikan beberapa saran, agar pemboceng memiliki kesempatan untuk bisa selamat, dan ikut berkontribusi membuat pengemudi nyaman. Pertama adalah, si penumpang memang harus menyatu dengan pengendara.
“Menyatu di sini yaitu berpegangan erat dengan pengendara di bagian perut. Lalu, tidak melakukan gerakan berlawanan dengan pengendara, ketika bermanuver,†tutur Edo. Kemudian terakhir, yang juga penting, lanjut Edo, memakai helm pelindung kepala yang mumpuni sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI).(kompas.com)