BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Kalangan Anggota DPRD Riau menyayangkan sikap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau yang mencoret anggaran pemeliharaan Main Stadium (Stadion Utama) Riau tahun anggaran 2016 ini.
Dikhawatirkan, tidak adanya pemeliharaan membuat stadion megah tersebut akan rusak, lapuk hingga roboh. Sementara siapa yang harus disalahkan jika hal itu terjadi?
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Riau, Eddy Yusti, Jumat (17/06/2016), menyampaikan bahwa pihaknya sudah mengusulkan anggaran perawatan pada APBD Murni Riau Tahun 2016 ini, namun dicoret.
“Kami sudah anggarkan, tapi dicoret Bappeda karena alasan rasionalisasi. Kita juga mengerti hampir seluruh SKPD mendapat rasionalisasi anggaran,” ujar Eddy Yusti.
Namun dirinya akan mencoba kembali mengusulkan anggaran pemeliharaan Stadion Utama Riau pada APBD Perubahan Riau 2016 mendatang. “Kita tetap akan mengusulkan kembali,” ujar mantan Kabid Pemuda Dispora Riau ini.
Anggota Komisi E DPRD Riau, M Adil, menyayangkan sikap Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Riau yang mencoret anggaran pemeliharaan tersebut. Karena menurutnya, kondisi stadion yang tidak dipakai, akan membuatnya semakin rusak.
“Seharusnya tidak dipangkas. Karena ini sangat penting. Nanti kalau rusak, bahkan roboh dan menimpa masyarakat siapa yang bisa disalahkan,” ujar Politisi Hanura ini.
Dirinya meminta kepada instansi terkait untuk kembali mengusulkan anggaran pemeliharaan Stadion Utama Riau pada APBD Perubahan Riau Tahun 2016 mendatang. Dan dirinya meminta kepada Bappeda Riau untuk mengakomodir itu.
Stadion Utama Riau dibangun pada zaman Gubernur Riau Rusli Zainal untuk pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII Tahun 2012 di Provinsi Riau. Di zaman itu, stadion tersebut digadang-gadangkan menjadi stadion termegah di Tanah Air.
Namun stadion tersebut tidak sejalan dengan kemegahannya. Adanya dugaan korupsi dalam penyelesaian stadion tersebut membuatnya terbengkalai untuk beberapa saat. Meski akhirnya diselesaikan jelang difungsikan untuk Opening Ceremony dan Closing PON XVIII Tahun 2012.
Namun usai PON, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau ternyata meninggalkan utang kepada pihak rekanan. Akhirnya stadion tersebut masih menjadi hak pihak kontraktor sebelum utang dilunasi. Situasi tidak terpakainya gedung tersebut malah dimanfaatkan oknum-oknum tidak berkepentingan untuk dijadikan markas.
Sempat beberapa waktu stadion itu dijadikan tempat berkumpulnya genk motor dan tempat maksiat para remaja. Hingga akhirnya ditertibkan dan disulap menjadi tempat bermain anak-anak di bagian luar hingga sekarang.(yan)