BERTUAHPOS.COM (BPC), PEKANBARU – Ketua Laskar Hulu Balang Melayu Riau, Anas Aismana, bercerita panjang di atas podium kehormatan tengang perjuangan mempertahakan tuah Melayu kepada seluruh pengunjung dalam Malam Anugerah Sastra, di Pusat Kegiatan Mahasiswa UIN Suska Riau, Minggu Malam (04/05/2016).
Setelah dinobatkan sebagai Datuk Panglima Pengawal Negeri, Anas mulai mengungkapkan kekhawatirannya kepada negeri bertuah. Dia memulai cerita itu dari perjuangannya, ketika Walikota Pekanbaru Firdaus MT akan mengubah Kota Bertuah menjadi Kota Madani.
“Begitulah tipikan pemimpin kita sekarang. Tidak pernah melakukan komunikasi apapun dengan tokoh masyarakat, main ubah-ubah saja. Itu sama saja melecehkan masyakat Melayu,” katanya.
Malam itu, Anas mengenakan pakaian bak pejuang kerajaan, dengan kostum melayu warna unggu. Lengkap dengan penutup kepala dan kain songket dipinggangnya. Dalam perjuangan menegakkan kebenaran, perampasan hak-hak masyarakat, ada banyak kisah yang tidak terpuji dilakukan oleh pengusa.
Latar belakang Anas, dia hampir 30 tahun menggeluti bidang seni rupa. Masa jenuh itupun tiba. Sebelumnya 17 tahun hatinya sering mengutuk terutama ada kezaliman di depan mata. “Memberontak jiwa saya,” tambahnya.
Ada banyak kisah pilu bagaimana tanah-tanah masyarakat yang diluluhlantahkan oleh perusahaan karena kepentingan bisnis. Hingga tidak memperdulikan perut masyaralat Melayu. Pernah suatu hari, disebuah kampung di Kecamatan Ukui, Pelalawan Riau. Saat masyarakat tengah tertidur pulas, tiba-tiba buldoser masuk dan meratakan rumah masyarakat.
Warga yang tinggal di kampung itupun berhamburan lari ke tengah hutan tampa sempat berbenanh dengan barang-barang rumah tangganya.
“Saya turun kesana saya menemukan pelaku-pelaku itu. Sekarang kampung itu sudah jadi kebun sawit. Yang ditemukan disana hanya kepingan piring dan periuk. Sekali lagi saya katakan, kalau sempat Melayu dihina dan dilecehkan saya di depan,” tambahnya.
Dia juga menceritakan kisah yang membuatnya marah, tatkala salah satu Cagar Budaya Mesjid Raya Pekanbaru yang dilakukan renovasi tapi menghilangkan bentuk aslinya. Hancur lebur oleh pejabat-pejabat di Pekanbaru.
Bahkan sempat makam Datuk Bandar Jalil, Penguasa di Pekanbaru masa itu, mau dibongkar. Bahkan ada salah satu makam di tempat itu, yang kini di atasnya dibengun WC. “Itu tindakan yang biadab,” ujar Anas.
Penulis: Melba
Â